Hidup Bebas Karbon dengan Carbon Offsetting
Waik – 1234/SPA/2018
Sejak dimulainya revolusi industri sekitar pada abad ke-19, tingkat emisi karbon dioksida (CO2) semakin meningkat setiap tahunnya. Pada 2017, total emisi global CO2 tahunan yang dilepaskan ke atmosfer Bumi menyentuh angka 32,84 miliar ton CO2. Tren tersebut mengalami kenaikian cukup signifikan, yakni 48%, jika dibandingkan dengan tahun 1997 sebesar 22,232 miliar ton. Emisi CO2 per kapita Indonesia pun turut bertambah dari 1,2 ton CO2 per kapita pada 1997 menjadi 1,9 ton CO2 pada 2017. Kenaikan drastis jumlah emisi yang dihasilkan ini tidak lain akan semakin memperburuk dampak perubahan iklim yang terjadi, terutama terhadap negara-negara berkembang beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu dampak perubahan iklim yang berpotensi dihadapi Indonesia adalah keterpurukan performa perekonomian secara nasional. Penurunan PDB riil relatif terhadap garis dasar, kenaikan harga bahan pangan, dan kemerosotan performa net ekspor yang merupakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh perubahan iklim yang mengancam perekonomian Indonesia.
Sebagai bagian dari penduduk yang tinggal dan sangat bergantung pada kelestarian planet ini, kita sudah sepatutnya mulai menaruh perhatian terhadap keberlangsungan Bumi. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan manusia modern sekarang ini sangat berperan besar dalam mempercepat perubahan iklim yang drastis. Penggunaan transportasi, produksi bahan pangan, dan pemakaian listrik adalah beberapa aktivitas intergal dari kehidupan manusia masa kini. Seperti sebuah keniscayaan bahwa seluruh kegiatan manusia modern akan selalu berdampak buruk bagi lingkungan. Tentu saja, hal tersebut tidaklah benar. Kelestarian alam dengan kehidupan modern bukanlah sesuatu yang berkontradiksi. Kita tidak perlu mengorbankan lingkungan demi meraih modernitas, begitupun sebaliknya. Banyak upaya yang bisa kita lakukan untuk tetap menjaga kelestarian Bumi. Upaya tersebut bahkan dapat kita lakukan dari tingkat terkecil, yakni individu diri kita. Kita bisa memulai dengan bertanggung jawab terhadap pengeluaran emisi karbon diri sendiri melalui carbon offsetting.
Carbon offsetting atau pelunasan karbon adalah upaya penyerapan, pengurangan, atau penghindaran emisi karbon dioksida atau gas rumah kaca lainnya untuk mengompensasi emisi yang sebelumnya telah dihasilkan. Mudahnya, kita bisa menebus emisi karbon sesuai dengan jumlah yang sudah kita keluarkan, baik dengan membayar melalui aktivitas yang secara langsung akan menyerap karbon dari atmosfer seperti penanaman pohon maupun proyek yang akan mencegah pelepasan emisi karbon ke udara seperti pembangunan pembangkit energi terbarukan. Pada akhirnya, seluruh aktivitas penghasil karbon yang sebelumnya kita lakukan akan otomatis kembali ternetralkan. Dengan demikian, tanpa harus mengorbankan modernitas, kita tetap dapat beraktivitas normal sekaligus mencapai netralitas karbon. Layanan carbon offset banyak disediakan oleh organisasi-organisasi nirlaba yang berfokus pada lingkungan melalui situsnya. Umumnya, mereka akan menyediakan aplikasi kalkuator karbon yang digunakan untuk mengukur emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya yang kita hasilkan dan kemudian akan muncul biaya carbon offsetting yang harus dibayarkan sesuai dengan hasil penghitungan tersebut.
Konsep carbon offsetting memang sudah lama terdengar dan digaungkan. Namun demikian, istilah ini sepertinya belum terlalu familiar bagi masyarakat Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa gerakan kampanye dan pendidikan kesadaran lingkungan, terutama tentang carbon offsetting, harus semakin digalakkan. Salah satu organisasi nirlaba yang berfokus pada hal tersebut adalah CarbonEthics Foundation. Selain melalui pendidikan, CarbonEthics juga menawarkan program carbon offsetting, salah satunya melalui upaya konservasi dan restorasi habitat pesisir pantai. Pada laman CarbonEthics, terdapat kalkulator karbon yang mudah digunakan dan jenis penghitunganya cukup lengkap, yakni dari penggunaan transportasi udara dan darat, konsumsi bahan pangan, hingga pemakaian listrik.
Gambar di atas adalah contoh penghitungan jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh perjalanan dari Monumen Nasional, Jakarta Pusat menuju Tugu Pahlawan, Surabaya menggunakan mobil berukuran sedang dengan jarak antara kedua tempat tersebut didapatkan dari Google Maps.
Aplikasi kalkulator karbon CarbonEthics akan menunjukkan jumlah carbon impact dalam kilogram serta berapa jumlah Blue Carbon Package yang harus dikompensasi. Pengunjung juga bisa memilih opsi apakah perjalanan tersebut merupakan jenis perjalanan satu waktu atau yang sering dilakukan, seperti dari tempat tinggal menuju tempat kerja. Selain itu, terdapat pilihan kendaraan darat lain seperti kereta, bus, dan juga motor.
Pengunjung bisa menemukan Blue Carbon Package pada bagian laman Our Product. Berdasarkan keterangan di bawah gambar, CarbonEthics mengklaim bahwa Blue Carbon Package akan melunasi emisi karbon sebesar 150kg beserta penjelasan lebih detail tentang produk tersebut setelahnya.
Layanan carbon offsetting ini layaknya situs toko pada umumnya di mana pengunjung bisa memilih produk dengan kuantitas yang diinginkan sesuai dengan emisi karbon yang akan dikompensasi. Lalu, pengunjung dapat menyelesaikan proses transaksi dengan menginput data yang dibutuhkan dan melakukan pembayaran.
Kesadaran bahwa setiap aktivitas yang kita lakukan berpotensi besar untuk ikut memperburuk kondisi Bumi merupakan sesuatu yang amat penting untuk dimiliki. Karena rasa kesadaran tersebut akan memunculkan tanggung jawab untuk senantiasa menjaga dan merawat satu-satunya planet yang kita sebut rumah ini. Tindakan-tindakan yang tercermin dari rasa tanggung jawab tersebut cukup dimulai dari lingkup yang paling sederhana, yaitu diri kita sendiri. Dengan carbon offsetting, kita telah melaksanakan tanggung jawab untuk melunasi tindakan-tindakan kita yang mungkin turut andil dalam pengerusakan Bumi ini. Langkah individu memang terkesan kecil, namun suatu langkah nyata tetaplah sebuah kemajuan. Bukan tidak mungkin satu langkah kecil yang kita mulai hari ini akan menginspirasi orang-orang di sekitar kita untuk mengambil langkah yang serupa dan terus berbuat kebaikan lainnya.
Referensi:
1. International Energy Agency. Total CO2 emissions, World 1990-2017. Diakses pada 28 Mei 2020.
2. International Energy Agency. CO2 emission per capita, Indonesia 1990-2017. Diakses pada 28 Mei 2020.
3. Bathiany, Sebastian dkk. 2018. “Climate models predict increasing temperature variability in poor countries”. Sciences Advances Volume 4 Nomor 5. Washington, D.C.: American Association for the Advancement of Science.
4. Oktaviani, Rina dkk. 2011. “The Impact of Global Climate Change on the Indonesian Economy”. IFPRI Discussion Paper 01148. Washington, D.C.: International Food Policy Research Institute.
5. Collins English Dictionary. Definition of ‘carbon offset’. Diakses pada 28 Mei 2020.
6. Goodward, Jenna. 2010. “Bottom Line on Offsets”. Next Practice Collaborative: Business in a Zero-Carbon Economy. Washington, D.C.: World Resources Institue.