Menembus Mentari dan Senja Terpanjang Jawa

Tansi – SPA/2019

 

 

10 Februari 2020,  Semua berawal dari posko, rumah anak stapala, perjalanan mabim divisi gunung hutan dimulai. Perjalanan kali ini akan menuju gunung dengan track terpanjang di Pulau Jawa , Gunung Argorpuro. Satu per satu manusia yang akan ikut perjalanan mulai berkumpul sejak pukul 5 pagi. Para siswa diklat yang datang langsung mem-packing barang-barang mereka yang belum sempat dirapihkan hari sebelumnya. Selidik punya selidik ada 3 saudara saya yang belom datang, padahal waktu sudah menunjukkan pukul enam, dan kereta kami yang akan berangkat ke Surabaya akan berangkat pukul 9. Lalu diputuskan sebagian berangkat duluan menuju stasiun pondok ranji.

 

 

Akhirnya manusia yang ditunggu pun datang, kami langsung bergegas menuju stasiun pondok ranji. Namun setelah sampai, gerbong kereta tidak ada satu pun cela untuk dimasuki. Kami lupa itu hari senin dan juga pagi hari, saat dimana orang sibuk-sibuknya untuk berangkat kerja. Beberapa saudara dan siswa dapat berhasil masuk, tetapi saya, bedul, ciso, korma, sera, bernat, dan denko gagal. Kami pun memutuskan untuk naik kereta kearah serpong dulu, lalu naik kereta tujuan tanah abang di stasiun serpong, dengan harapan kebagian tempat. Dan benar saja masih banyak gerbong yang masih kosong, tetapi kita sudah kehilangan banyak waktu, sejam lagi kereta akan berangkat.

Sesampainya ditanah abang, kami pun langsung bergegas lari mencari ojek online untuk menuju stasiun pasar senen. Saudara yang berhasil masuk kereta tadi sudah duluan sampai di pasar senen, mencetak tiket, dan sudah didalam g myerbong kereta dharmawangsa. Bersama tukang ojek yang tidak saya kenal, berdua kami sengebut mungkin agar sampai tepat waktu. Didepan pintu masuk stasiun pasar senen, saya turun dari ojek, membayar 10 ribu rupiah, lalu berlari sekuat tenaga menuju boarding pass, dan langkah lari saya pun berhenti ketika seorang petugas berteriak, “Mas, kereta dharmawangsa nya udah berangkat!”.  Dari 7 orang yang naik kereta ke serpong dulu, hanya bedul yang sukses tidak tertinggal, huft beruntung sekali. Saya dan lima orang lainnya terpaksa memesan tiket lagi. Ada-ada saja dramanya, tetapi itu serunya perjalanan, bukan?

Pukul 2 pagi saya dan manusia tertinggal kereta lainnya sampai di stasiun pasar turi, Surabaya. Disana disambut saudara yang sudah sampai duluan dan juga supir travel yang akan mengantar kami ke basecamp bremi. Lima jam kemudian kami pun sampai. Di basecamp, kami bertemu merem dan sindu, yang berangkat terpisah dari rumahnya. Total yang ikut perjalanan kali ini ada 17 orang, terdiri dari 8 siswa dan 9 panitia. Malah lebih banyak panitianya ya hehe. Dan kami juga akan lintas jalur, naik basecamp bremi turun basecamp baderan agar dapat menikmati keindahan argopuro seutuhnya.

Pendakian tidak diawali dengan langkah, tetapi dengan ojek motor. Pintu hutan dan basecamp yang terlampau jauh, jadi mending naik ojek untuk menghemat waktu. Naik ojeg gunung selalu seru, track yang menanjak dan belokannya yang menukik tajam, membuat rasanya menegangkan. Tak jarang juga ada ojeg yang mogok karena tak kuat nanjak.

Turun dari ojek, barulah pendakian kami benar-benar dimulai. Kami langung disambut track menanjak tanpa bonus. Disini yang paling bersemangat adalah Ucul, terlihat dari langkahnya yang paling depan diantara yang lainnya. Dan yang paling terlihat lelah adalah Bejul. Tiga puluh menit berjalan, dia berhenti. Katanya hari itu hari pertama dia mens, kepalanya pusing sekali. Tapi setelah beristirahat dia pun kuat kembali melanjutkan pendakian.

 

 

Jam 12 siang kami sampai dipos bernama mata air 1. Disitu kami beristirahat sejenak untuk makan siang nasi bungkus yang dibeli di basecamp tadi. Sembari makan kami ngobrol dan bercanda-canda, memutus batas antara siswa dan panitia yang selama ini ada di diklat kampus. Dalam candaan kami, melihat korma yang makan banyak sekali, timbulah istilah ‘portugal’ yang merupakan singkatan dari porsi tukang gali. Duh ada-ada saja. Sore harinya kami sampai di pos mata air 2, tempat nge-camp kami. Dibuatlah tenda dan makan malam. Setelah santap malam dengan lauk nugget, baso dan sop hangat, satu per satu dari kami terlelap didalam tenda.

Hari ke-2, tim dipecah menjadi tim siswa dan panitia. Tim siswa berjalan duluan dan disusul 15 menit kemudian oleh tim panitia. Tujuannya untuk membentuk bonding, dan melatih mereka mandiri dalam pendakian gunung. Di hari ke-2 ini adalah hari dimana kami bertemu dengan sabana di gunung ini. Pemandangan yang luar biasa membuat kami foto-foto cukup lama hehe. Setelah sabana ini  sabana demi sabana kami lewat. Masuk hutan, lalu sabana, masuk hutan, lalu sabana. Begitulah gambaran jalur di gunung argopuro. Di hari ke-2 ini kami juga bertemu dengan tentara pasukan katak yang sedang berlatih. Tidak seperti kami yang butuh lima hari untuk sampai basecamp baderan, mereka hanya butuh 2 hari. Ga kebayang kalo mereka lari biasa pace nya berapa.  Malam harinya kami bermalam di pos. Berdekatan dengan camp para tentara. Malam kami ditemani dengan purnama dan suara nyanyian tentara yang sedang berendam didalam sungai.

 

 

Esok harinya perjalanan dilanjutkan. Perjalanan hari ini tidak sepanjang hari-hari sebelumnya. Pukul dua siang kami sudah tiba di tempat camp yang bernama savanna lonceng. Di gunung argopuro terdapat tiga puncakan, puncak arca, puncak rengganis dan puncak tertingginya yaitu puncak argopuro. Nah pada hari  ini lah kami akan melakukan summit pertama ke puncak arca. Berdasarkan estimasi tidak terlalu jauh, hanya 30-40 menit jalan santai. Dan benar, 40 menit kami berjalan sampailah kami di puncak arca. Dengan pemandangan matahari yang mulai terbenam, kami berfoto-foto dengan senja sepeti anak-anak indie. Sebelum matahari menghilang sepenuhnya kami turun, lalu memasak dan membuat api unggun. Sembari menunggu nasi matang, kami berkumpul mengelilingi api unggun. Api unggun dan kebersamaan memang kombinasi yang ciamik, nyaman sekali. Semua yang terjadi seakan sangat menyenangkan saat itu. Candaan dan tawa mengalir begitu saja, seperti kami adalah komediian paling ulung. Beruntungnya hape Denko yang bagus berhasil mengabadikan momen itu.

 

 

Hari ke-4 subuh hari, summit menuju puncak Argopuro. Seperti puncak arca. Summit tidak memerlukan waktu lama, kurang dari satu jam kami sampai di Puncak Argopuro, 3088 mdpl. Kami tiba saat matahari belum muncul. Beberapa melakukan ibadah sholat subuh, beberapa lagi duduk santai menunggu matahari muncul dari balik horizon. Langit yang tadinya gelap, mulai bergradasi dengan cahaya matahari. Tentu saja terjadi prosesi foto-foto yang lama terjadi pada saat itu.

 

 

Setelah puas dengan foto-foto, kami bergegas menuju puncak selanjutnya, Puncak Rengganis. Yang jaraknya tidak begitu jauh juga hanya 30 menit dengan track berbatu yang naik turun. Sembari menuju Rengganis, beberapa siswa memasang webbing sebagai pengabdian masyarakatnya. Mereka juga memasang beberapa plang penunjuk arah sebelum mencapai puncak ini. Puncak Rengganis lebih terbuka dari Puncak Argopuro, yang membuat mata dapat dengan puas menikmati landscape yang ada.

 

Tidak lama-lama di rengganis, kami turun kembali ke savanna lonceng. Sarapan lalu packing segala macam barang dan menuju ke icon dari Gunung Argopuro ini, yaitu Danau Taman Hidup. Track menuju Taman Hidup cukup sulit. Naik turun mengitari punggungan. Ditambah lagi hujan yang datang dan pergi seperti gebetanmu. Dan harus menyusuri hutan lumut yang panjang sekali. Tapi sebelum maghrib semua sudah sampai di Danau Taman Hidup. Malam harinya setelah santap malam, kami melakukan deeptalk. Setiap siswa di tanyai satu per satu tentang kesan mereka selama perjalanan ini. Semua bercerita satu per satu. Yang paling lucu disini adalah Korma. Entah kenapa dengan manusia ini. Penggunaan Bahasa yang teramat baku dan diksi-diksi yang tidak biasa membuat di sangat kompor gas malam itu.

Bagi saya sendiri Argopuro ini sangat menyenangkan. Saudara-saudara yang sudah akrab jadi semakin dekat. Siswa-siswa yang sebelumnya begitu berjarak perlahan terkikis jaraknya hari demi hari. Manusia-manusia nya juga memberikan kesan baik masing-masing. Tetapi kesamaan dari kesan itu adalah mereka adalah manusia-manusia lucu yang tidak mudah menyerah. Jangan pernah berhenti mendaki ya! Bawa nama baik STAPALA ke puncak-puncak tertinggi dunia!