catatan harian Indra Jabrix . Pengalaman adalah harta yang tidak ternilai…Salah satu pengalaman berharga dan langka adalah ketika mahasiswa STAN jurusan Bea Cukai tersesat pada saat berkemah di Gunung Bunder Bogor tahun 2006. Spontan, Stapala mengerahkan segala daya upaya untuk menyelamatkan nyawa rekan sealmamater. Berikut catatan harian Indra Jabrix (263/SPA/90) seperti diceritakan di Milis Stapala.
Selasa, 9 Mei 2006.Gue dapat sms dari Dwi Gembung’90, konfirmasi karena dapat kabar kalau ada anak Bea Cukai hilang di G. Bunder. Agak gue cuek-in karena gue pikir Gembung telat. Kan anak Diklat Stapala yang sempet hilang beberapa minggu lalu ternyata nggak hilang tapi pulang ke rumah tanpa pamit ( heboh banget tuh..). dan lagi kalau memang ada ‘masalah’ biasanya gua dapet kabar duluan.
Rabu, 10 Mei 2006
Gua dapet kabar lebih jelas dari Posko Stapala kalau kejadian hilangnya anak STAN adalah betul-betul terjadi. Gua langsung minta kisah detail dari Qun-qun di Posko Stapala.Posko Stapala langsung membentuk tim sukarelawan untuk berangkat ke lokasi kejadian. Kalau gak salah ada 6 orang yang dipimpin Ari Tompel ( tentunya titip absen ya Pel ?!). Tompel lupa kalau dia masih jengkel ditolak dari Depdagri ( masih inget kan kisah ditolaknya lulusan STAN oleh Depdagri ? ) dan belum diangkat jadi CPNS.
Hari ini gue beberapa kali menghubungi Posko Stapala untuk kordinasi. Qun-qun menceritakan kalau di kampus sama sekali tidak ada kordinasi. Tidak jelas jalur struktur nya. Ya udah Kita sepakat untuk menunjuk Qun-qun atau Hilman di Posko Stapala sebagai penghubung antara base camp G. Salak dan Jakarta.
Teman2 dari Posko Stapala Lapangan Banteng ternyata juga sudah begitu sigap menindaklanjuti hilangnya Muklis Rambe. Tim dari alumni juga dibentuk untuk dapat mensupport Tim SAR di lokasi kejadian. Kordinasinya kemudian disepakati : Posko Stapala (Qunqun) – Lapangan Banteng (Andri Buluk’94) – Alumni ptkdk/stapala/foksta (Indra Jabrix). Gw kemudian membuat mengupload berita hilangnya muklis ke Website Alumni www.ikaptkdk.com, milis stapala, dan banyak milis lainnya terutama milis2 pencinta alam. Gua yakin rekan2 pencinta alam akan segera membantu operasi SAR. Berita “Save Muklis” gua sebarkan ke semua akses melalui internet, email, sms, dsb. Gua juga, dengan persetujuan Bang Ossi (Ketua Stapala Alumni) ,dan Bang Assue (PTKDK) membuka rekening bantuan. Semoga bisa bantu jalannya operasi SAR.
Andri Buluk mengingatkan kalau Kita berpacu dengan waktu. Semua harus bergerak cepat. Tim SAR Stapala ke-2 kemudian disiapkan untuk berangkat ke Gunung Salak membantu tim pertama yang sudah berangkat duluan. Malam hari gua dapet kabar dari Qunqun kalau korban masih belum ditemukan. Duh, apalagi yang bisa membantu mempercepat penemuan korban. Sekarang sudah hari ke 3, pasti korban sudah mulai lemah di gunung. Apalagi sekarang cuaca sedang buruk-buruknya. Setiap hari turun hujan deras. Qun-qun menceritakan kalau hubungan ke Base Camp SAR sangat sulit. Katanya banyak elemen kampus yang hadir di base camp tapi tidak ada yang siap ‘turun’ membantu langsung Tim SAR.
Kamis, 11 Mei 2006.
Dilaporkan kalau Tim SAR Stapala rombongan ke-2 sudah berangkat ke lokasi. Terlambat 1 hari karena transportasi yang dijanjikan pihak lembaga ternyata terlambat. Huh payah !!!. Dilaporkan juga kalau organisasi SAR di lokasi masih berantakan. Semua bergerak sendiri2 tanpa kordinasi yang rapih. Organisasi yang terlibat pada saat-saat awal adalah Stapala, Kepolisian (brimob), Kelompok Pencinta Alam lokal dan penduduk setempat. Orang tua korban yang baru tiba juga ikut mencari sampai dengan lokasi kejadian. Hasil pencarian masih nihil. Organisasi SAR kemudian diperbaiki setelah tiba rekan2 sukarelawan Pencinta Alam dari Bogor dan sekitarnya yang memang telah terbiasa dengan operasi SAR. Dibentuklah organisasi SAR yang selayaknya. Kordinator2 segera ditunjuk mulai dari tim dapur sampai dengan regu-regu pencari. Praktis baru mulai Hari Kamis ini pencarian dapat dilakukan lebih efektif. Sampai dengan Kamis sore regu pencari masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan korban.
Kamis Malam, Andri Buluk minta gua untuk mencarikan 2 mobil untuk tim stapala alumni yang akan ke lokasi. Rencananya sekaligus membawa Tim Stapala rombongan 3 dan logistik. Juga akan berusaha mencari tahu jalur kordinasi, agar dapat membantu lebih efektif. Rekan2 stapala di lokasi sulit untuk dihubungi karena mungkin semua ikut naik ke gunung. Sementara teman2 korban yang masih berada di lokasi tidak ada kordinasi dengan Stapala. Gua coba telpon banyak rekan2 Stapala dan teman PTKDK untuk pinjam mobil kijang. Sampai dengan jam 12 malam gua masih berusaha untuk mencari kabar ( Sorriii… banget buat yang ke ganggu tidurnya gara2 gua telponin…!). Beberapa
teman menjanjikan untuk kasih pinjam mobil.
Jumat, 12 Mei 2006
Kabar dari Posko mengatakan bahwa korban masih belum ditemukan. Tapi gue juga dapet kabar dari Ananto (Foksta Korwil Bandung) yang mengatakan terdeteksi sinyal hanget di salah satu jurang di Gunung Salak. Ternyata mobil yang dijanjikan teman2 semalam semua tidak bisa digunakan ( thanx buat rekan2 yang Bantu cari mobil….thx Albert, Asu,Wiwit,Padel,…). Setengah Jam sebelum sholat jumat gua baru dapet kepastian mobil dari Chori’90. Ada 2 mobil siap digunakan dan bisa stand by di lapangan. Cihuyyy, Chori emang betul-betul deh…….terharu gua Chor !. Teman2 dari Alumni Bea Cukai memberi kabar kalau mereka telah melakukan kordinasi untuk menyerahkan dana bantuan langsung ke KMBC (Korp Mahasiswa Bea Cukai). Syukur deh
Akhirnya Chori Cuma bawa 1 mobil, karena Ananto’93 dari Bandung juga sdh meluncur dari Bandung. Kita akan bertemu di Bogor sebelum ke lokasi. Tim SAR ke-3 Stapala ke-3 yang dipimpin Jono’94 diangkut APV nya Chori. Sementara Gua, Andri Buluk, Fachri, dan Suryo “Iyok” memilih naik kereta dari Stasiun Juanda. Lebih praktis dan cepat. Jam 15.30 gua ber-4 naik ojek ke Juanda. Karena Kereta Expres Pakuan masih lama, jadi deh Kita naik Jabotabek ( Catet : tiket dibeliin Ayie….ini pesen elu kan Yie..). Asik juga nongkrong di gerbong sambil ngobrol kesono-kemari.
Untungnya penumpang tidak begitu banyak. Hujan mengiringi perjalanan Jakarta-Bogor.
Di belakang Matahari Bogor seluruh tim berkumpul. Ada 11 orang termasuk Ananto dari bandung. Sambil nongkrong di warung indomie pinggir jalan, Kita menyusun rencana perjalanan ke base camp dan apa saja yang bisa diperbuat. Gua masih terus mengurimkan sms ke rekan2 alumni di segala penjuru agar mensupport kegiatan “save muklis”. Support mereka membuat Kita tambah semangat untuk cepat-cepat datang ke base camp. Thx sms supportnya…… Habis Magrib tim kemudian berangkat ke G. Bunder. Sebelumnya, Kita belanja perlengakapan perang (logistik). Pokoknya siap “perang’. Gua juga percaya bahwa alumni stan disegala penjuru akan membantu operasi SAR.
Waktu tiba di bumi perkemahan Gunung Bunder ternyata sepi. Tidak banyak
aktivitas di warung-warung sekitar perkemahan. Ternyata Base camp SAR Rambe 2006
berada jauh dibawah arah Curuk Seribu. Nggak jauh dari lokasi ‘Villa Mas Wiwit
Stapala’89”. Tentu aja semua anggota rombongan paham benar dengan lingkungan
sekitar base camp.
Base camp SAR Rame 2006 ditandai dengan tulisan besar di depan base camp. Ada
2 rumah/villa dijadikan base camp. Di depan terparkir beberapa mobil dan motor,
termasuk ambulan dari Bea Cukai.
Kami diterima dengan hangat oleh kawan2 Pencinta Alam yang telah datang
terlebih dahulu. Sambutan khas penggiat alam bebas. Seluruh rombongan dan
logistic kemudian didaftarkan. Tampak kalau organisasi SAR sudah rapih. Di depan
camp juga terpampang foro terakhir korban dan seluruh identitas korban. Juga
contoh kaos korban yang bertuliskan ‘Customs’.
Gua langsung terlibat obrolan hangat tapi serius dari teman2 di camp. Kang
Otek, sebagai SMC dari Wanadri berusaha menjelaskan kondisi terakhir dan rencana
hari-hari berikutnya. Juga informasi2 lain yang membuat segalanya kordinasi
menjadi lebih jelas. Kang Otek dibantu beberapa rekan2 senior yang berpengalaman
di operasi SAR seperti kan Asep, Kang Didit (komunikasi/ORARI), juga Bang Boy
dari Universitas Pakuan ( gua panggil Bang karena umutnya 10 tahun lebih tua
dari gua ).Semua sukarelawan-sukarelaman. Sementara Kang Wido memimpin regu
pencarian di hutan (jadi gak ketemu di base camp).
Teman2 korban dari IMBC tampak membantu dalam administrasi logistik. Dari Bang
Boy gua dapet informasi banyak tentang proses SAR hari-hari sebelumnya. Gua juga
memberitahukan bahwa Kita akan bantu logistik serta keperluan lain, termasuk
personil SAR, untuk membantu Operasi SAR. Gua bilang kalau seluruh alumni STAN
diseluruh penjuru sedang menanti berita dan siap membantu ( busyet, gua PeDe
banget ngomong begini….thx Bang Osi dan Bang Asu yang mensupport moril ).
Kayaknya Tim SAR Base Camp juga terbantu secara moril dengan kedatangan Kita. “
anak STAN kompak banget ya, sampek alumni2 nya banyak yang datang!” kata Mereka.
Malam ini Kami mensupply kebutuhan2 yang diminta Tim SAR sebagai kebutuhan
‘emergency’ yaitu antara lain rokok (ngerti banget lah gua..). Kami juga diminta
ngambil perlengkapan climbing di Universitas Pakuan Bogor. Hal lain yang diminta
oleh Tim SAR adalah kopi bubuk sebanyak mungkin, untuk persiapan apabila korban
besok ditemukan dalam keadaan yang kurang baik. Sibuk lah kemudian tim logistik
menyobek2 plastik kecil kopi, karena yang tersedia di warung2 terdekat adalah
kopi sachet.
Malam ini Kordinator juga memberitahukan kalau sore ini dikabarkan dari
lapangan (salah satu regu), bahwa telah ditemukan kaos korban. Diperkirakan
korban sudah terkena hipotermia dan melepaskan bajunya sendiri. Berita ini
diminta tidak disebarluaskan. Dengan demikian posisi korban diperkirakan sudah
dekat dengan regu-regu pencari. Besok semuanya disiapkan untuk evakuasi.
Lagi rame-ramenya ngerancang operasi besok, datang lah orang tua Muklis (
Asrun Rambe) yang tinggal di rumah penduduk. Beliau mengatakan bahwa akan
‘turun’ 1 batalyon TNI untuk membantu pencarian. Terasa sekali getaran2
emosional dari orang tua Muklis. Yah, semua maklum. Dengan sabar dan santun
teman2 SAR memberikan pengertian kepada Pak Asrun, termasuk kabar tentang
ditemukannya kaos korban.
Selanjutnya obrolan dilanjutkan sambil ngopi dan makan kacang. Sampek jam 3
pagi. Dan gua dapet lagi temen2 yang ngajakin jalan2 dari Ujung Kulon, Baduy,
sampek Outbond. Nggak jauh dah obrolan anak gunung. Ok deh Bang Boy…( yang
ternyata pernah diterima jadi PNS Bea Cukai, tapi melarikan diri waktu
Samapta)…Kita lanjutkan nanti bisnis Kita setelah Operasi SAR selesai.
Gw, chori,buluk,jono,ayie kemudian membahas kemungkinan2 apabila Operasi SAR
berjalan lama. Rencananya kami akan mengkordinir terus pengiriman regu2 Pencari,
mungkin dengan menghubungi tim2 lain. Stapala sendiri sudah merencanakan untuk
ikut mencari cuma sampai dengan hari senin, karena sebentar lagi akan ujian.
Kemudian Kami juga membahas kordinasi bantuan2 lain seperti logistik tim
pencari. Intinya Kami siap bila Operasi SAR akan berlangsung lama.
Malam ini juga tampak mulai berdatangan rekan2 pecinta alam dari berbagai
perguruan tinggi seperti Mapala UI, Lawalata IPB Bogor. Terharu gua melihat
tujuan mereka yang cuma ingin memberi bantuan. Apapun bentuknya. Tanpa ada
ikatan apa-apa kecuali sebagai sesama penggiat alam bebas.
Sabtu 13 Mei 2006
Pagi-pagi sekali (Subuh) anggota tim SAR sudah mulai bangun. Tim dapur sudah
masak untuk sarapan pagi. Tim Logistik sudah mulai menghitung2 dan membagikan
perbekalan. Tim Stapala yang baru datang juga diminta untuk menambah personil di
lapangan. Sementara yang lainnya dapat tugas macem dari mulai jaga jalan masuk (
supaya tidak ada pendaki selain tim SAR), jaga titik2 tertentu, antar jemput
regu pencari, sampai dengan jadi sopir ambulan (Jono). Setelah melakukan
briefing, juga doa bersama seluruh tim operasi SAR berangkat ke titik-titik
sasaran ,Pk. 06.00 WIB.
Sambil sarapan diwarung gua memandangi Gunung Salak yang pagi ini cerah
sekali. Banyak sekali momentum-momentum kehidupan di gunung ini. Semoga aja
Muklis bisa diselamatkan. Nggak tahu kenapa, gua yakin banget korban bisa
selamet hari ini. Mangkanya gua rada sewot dengan komentar presiden mahasiswa
STAN di web www.ikaptkdk.com yang nadanya pesimis. Gimana sih, orang lagi
semangat-semangatnya nge-SAR, eh komentarnya pesimis. Yang penting kan usaha…
Orang tua korban ternyata pagi ini mengkoordinir pemuda-pemuda dan orang-orang
kampung untuk juga ikut mencari. Bahkan pengeras suara Mesjid digunakan untuk
mengumumkan konsolidasi penduduk kampong. Sayangnya usaha orang tua korban ini
tidak dikordinir dengan Base Camp SAR, jadi terkesan saling tumpang tindih dan
tidak terkordinir.
Pk.09.00 an, Kami yang di base camp mendapat perintah melakukan penjemputan
regu-regu pencari yang sudah mulai turun. Kemudian ambulan juga diminta naik
mendekati lokasi. Jono dan Buluk diminta mencari dokter untuk berjaga-jaga. Base
camp memberitahukan kalau korban sudah ditemukan dalam keadaan selamat.
Wuaahhhhh……Alhamdulillah, semua mengucapkan syukur. Lega banget rasanya
mendengar berita ini. Mujizat itu ternyata betul-betul datang.
Kami terus bolak balik menjemput regu2 pencari yang mulai turun. Sebagian
besar belum tahu kalau korban sudah ditemukan. Mereka cuma diminta turun ke base
camp. Mulai tampak anak2 stapala turun gunung dengan segala gaya. Maklum lah ada
yang sudah 4 hari di gunung. Tapi yang jelas wajahnya masih wajah dengan
semangat tempur tinggi. Kegembiraan jelas terlihat ketika mereka tahu korban
ditemukan dengan selamat.
Akhirnya setelah semua regu turun termasuk ambulan yang membawa korban. Dari
Mas Wido gua dikasih tahu kalau ada tim Stapala yang masih tunggu kabar di
‘atas’. Segera gua an chori menjemput Komeng cs. Mereka juga baru tahu kalau
korban sudah ditemukan selamat.
Muklis kemudian dalam keadaan ditandu dibawa ke base camp. Kondisi cukup baik.
Pihak SAR menyerahkan ke keluarga (yang didampingi kepolisian). Salutnya, regu2
pencari yang jadi ujung tombak pencarian justru tidak terlihat di acara
seremonial ini. Mereka lebih berkutat dengan cerita-cerita mengasikan di
warung-warung sekitar base camp. Tulus dan ikhlas.;
Korban kemudian dibawa ke RS PMI Bogor dengan dikawal langsung Kapolsek Bogor.
Gua juga nggak tahu, ternyata siang ini sudah banyak polisi di base camp. Tadi
malam belum ada tuh.
Kordinator SAR kemudian melakukan evaluasi dan pembubaran tim SAR. Anak2
Stapala yang jumlahnya paling banyak di base camp (sekitar 22 orang) kemudian
juga pamit undur. Semua urusan base camp akan diurus oleh IMBC (yang selalu
pakai kaos atau topi BC). Kami juga pamit sambil mengucapkan terima kasih yang
terhingga buat rekan2 lain di base camp. Setelah menyerbu warung padang di
‘bawah’, Kami semua menuju Kampus STAN Bintaro.
Selesai sudah salah satu darma bakti kami buat almamater.
Kami Cuma ingin mengatakan bahwa …” tuh kan, Stapala ada manfaatnya !”
Selamat Buat Muklis yang selamat…
Selamat dan terima kasih buat seluruh Tim Operasi SAR Rambe 2006.
Selamat buat tim Stapala yang membanggakan dan mengharukan !
Recent Comments