Catatan Perjalanan Mabim Orad 2023
Mabim Orad tahun 2023 ini dilaksanakan saat libur semester sehingga kami pulang menuju kampus Bintaro ini lebih awal. Persiapan kami sebelumnya belum matang sehingga kami melakukan latihan lagi di H-1 perjalanan. Hari itu kami latihan dari jam 13.00 sampai sore sekitar jam 17.30. Kak Kalonq, Kadiv Orad 2018, melatih kami banyak hal. Mulai dari cara melakukan flip perahu, cara berenang jika kita berada dibawah perahu, sampai bagaimana cara me-rescue orang dari dalam air. Rabu, 15 Maret 2023 itu ditutup dengan makan malam bersama yang menyenangkan.
Kamis, 16 Maret 2023
Sudah direncanakan hari itu kami akan berangkat pukul 11.00 siang, namun karena beberapa hal, kami sedikit molor dan akhirnya berangkat sekitar pukul 12.00. Kami berangkat bersepuluh. Kak Jining, Kak Genter, Borus, Loka, Tera dan Digi berangkat menggunakan mobil yang dikendarai oleh Borus. Kak Kule dan Wage berangkat menggunakan motor lalu Papes dan Pered yang berangkat menggunakan motor pula.
Siang itu tujuan kami adalah ke IPB untuk melaksanakan tugas mabim, yaitu kunjungan mapala. Setelah melakukan perjalanan yang lumayan panjang, sekitar jam 13.30 kami berhenti sebentar di Masjid IPB untuk melaksanakan shalat dzuhur dilanjut mengunjungi Sekretariat Lawalata, Mapala IPB. Disana kami banyak berbincang tentang banyak hal tanpa dirasa waktu sudah menunjukan pukul 16.30 sehingga kami harus pamit untuk menuju basecamp Sungai Cianten, tempat dimana kami akan melaksanakan pengarungan.
Jarak antara Kampus IPB dengan basecamp Sungai Cianten tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu sekitar setengah jam. Kami sampai di Basecamp sekitar pukul 17.00 dan dilanjutkan dengan pembersihan dan makan malam. Hal yang tidak terduga terjadi, yaitu hilangnya bahan makanan kami, frozen food, yang seharusnya menjadi makanan kami malam itu. Ternyata kami lupa membawa frozen food itu dan akhirnya tertinggal di posko. Hawa sedih dan kekecewaan memeluk kami malam itu. Akhirnya kami memakan nasi bungkus yang telah dibeli sebelum berangkat siang tadi. Namun lagi lagi kami dipeluk erat oleh kesedihan dan kekecewaan karena telur dan mie yang dibeli Bersama nasi bungkus itu sudah basi dan hanya tersisa tempe. Terima kasih kepada Kak Jining karena membawa keripik tempe hingga akhirnya kita bisa makan dengan lahap malam itu, meski hanya ditemani sesachet saos Jawara yang turut menjadi penyelamat.
Hari itu jadwal kami hanya mengunjungi mapala IPB dan melaksanakan keakraban sehingga kami tidak melakukan hal yang berat. Setelah makan malam selesai, kami memutuskan untuk bermain game Mr. White yang tidak disangka ternyata sangat seru. Kami banyak berbincang dan tertawa malam itu hingga tak terasa waktu menunjukan pukul 23.00 sehingga kami harus segera tidur agar segar Kembali esok pagi untuk melakukan pengarungan. Semua orang terlelap dalam sleeping bag yang sudah disiapkan.
Jumat, 17 Maret 2023
Alarm pagi itu berbunyi mengusik tidur kami yang pulas. Pukul 04.00 salah satu dari kami terbangun, diikuti oleh yang lainnya dan bersiap ibadah walau masih terkantuk-kantuk. Mie instan adalah satu-satunya bahan makanan yang bisa kami masak saat itu sehingga kami sarapan dengan mie instan, nasi putih dan tambahan selada dengan harapan hal itu bisa menjadi energi untuk kita pada saat pengarungan nanti.
Sarapan pagi selesai, tetapi ternyata tidak ada waktu untuk mandi terlebih dahulu, sehingga kami semua memutuskan untuk mandi sekalian mengarung saja hehehe. Sekitar pukul 07.00 kami mengecek alat dan perahu yang akan kami pakai juga melihat proses pengempisan perahu. Lalu masing-masing dari kami memakai peralatan yang sudah disiapkan seperti helm dan pelampung tidak lupa juga membawa dayung. Perahu yang sudah dikempiskan tadi diangkat ke atas mobil box dilanjutkan satu-persatu dari kami naik dan melaksanakan perjalanan yang kurang lebih memakan waktu 20 menit sampai ke lokasi pengarungan. Kami tiba disebuah rumah untuk memompa perahu. Masing-masing dari kami belajar cara memompa perahu dengan menggunakan blower kemudian ditambah dengan pompa manual yang cukup menguras tenaga karena anginnya ‘ngobos’ terus. Saat proses itu kami terheran-heran dengan banyaknya semut yang menggerayangi perahu dan juga badan kita. Ternyata ada banyak semut di kabel listrik diatas kita dan fenomena itu sudah mirip dengan hujan semut yang membuat merinding.
Kami dibagi menjadi dua tim sehingga menggunakan dua perahu. Setelah perahu selesai dipompa, kami melakukan portaging ke sisi Sungai Cianten. Tim 1 berisi Kak Jining, Kak Kule, Papes, Borus dan Tera yang dipandu dengan guide yang Bernama Bang Rian sedangkan Tim 2 berisi Kak Genter, Wage, Pered, Loka dan Digi yang dipandu oleh Bang Deny. Perjalanan dipimpin oleh tim satu namun dengan cepat tim dua menyusul. Kedua tim saling menyusul layaknya sedang melakukan balap perahu. Di perjalanan guide menjelaskan banyak hal mulai dari dasar dasar ORAD, hingga pengalaman beliau selama menjadi pengarung yang bisa dibilang sudah profesional. Beliau juga bercerita bahwa mengarung itu tidak bisa sembarangan, pernah terjadi kasus orang hilang ketika mengarung yang hingga saat ini jasadnya belum ditemukan. Kami bergidik ngeri membayangkan kemungkinan terburuk, tetapi segera beliau meyakinkan bahwa apabila kita sudah mengerti prosedur dan tidak melakukan hal yang nekad maka kita akan aman.
Perjalanan berlanjut, jeram demi jeram kami lewati. Tak lupa setiap siswa mencoba satu persatu menjadi skipper, ternyata cukup berat untuk mengendalikan perahu, tetapi akhirnya kami sedikit mulai terbiasa. Kami bergantian menjadi skipper, hingga tibalah giliran Pered untuk mengendalikan perahu, tak berselang lama, kami dihadapkan pada jeram disertai bebatuan yang cukup besar. Tiba-tiba terdengar teriakan, ternyata Pered terlempar dari kapal dan masuk kedalam air, raut paniknya tidak dapat disembunyikan, dia panik tetapi tetap berusaha terlihat tenang. Untung saja ada pelampung, sehingga dia berhasil naik kembali keatas perahu setelah agak jauh dari jeram. Setelah beberapa saat, guide menjelaskan bahwa jika kita dihadapkan dalam kondisi seperti itu jangan langsung berusaha untuk naik ke
perahu, pastikan dulu bahwa kondisi sekitar aman sehingga kita tidak perlu khawatir akan terbentur ketika berusaha naik keatas perahu.
Pengetahuan-pengetahuan baru banyak kami dapatkan disini. Sangat seru, tak terasa kami sudah mendayung cukup jauh. Hingga kami tiba di lokasi yang bernama Tutul. Disana kami belajar berenang Defensif, agresif, dan rescue. Pada pelatihan rescue, kami diajari untuk melempar rescue rope, kami dijelaskan beberapa arah lemparan dan fungsinya, yakni lempar dari bawah untuk jarak dekat, lempar dari atas untuk jarak jauh, dan lempar dari samping untuk jarak menengah. Untuk berlatih berenang, kami harus berjalan sedikit menuju tempat yang berarus agar bisa mempraktikkan ilmu yang baru kami dapat. Bagian ini cukup lucu, karena beberapa dari kami belum bisa berenang di antara arus, beberapa bisa, beberapa berenang namun tidak berpindah tempat, beberapa sisanya harus ditarik dengan rescue rope agak bisa sampai ke daratan (hehehe). Ada satu siswa yang agak lain dari yang lain, Wage, dia justru memilih menghanyutkan diri hingga dua guide kami harus menyusul untuk menyelamatkannya (ada ada saja). Pukul 11.00 kami rasa cukup untuk cerita pengarungan siang itu. Setelah dari tutul, kami hanya mendayung dan melewati beberapa jeram untuk kemudian portaging keatas yang menandakan pengarungan siang itu telah usai.
Setibanya di atas, ternyata ada Kak Pleci dan Kak Garpit yang datang, bagai malaikat penolong, mereka membawakan frozen food kami yang tertinggal di kulkas kemarin (terimakasih kakk, heheh). Setelah itu kemudian laki laki muslim bersiap untuk sholat jumat, sedangkan yang perempuan mempersiapkan untuk makan siang, semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Usai jumatan, kami makan siang bersama dengan agak terburu-buru karena yang semula di jadwal kita mengarung pukul 13.30 menjadi pukul 13.30 karena guide meminta kami untuk segera bersiap dan berangkat.
Pengarungan kedua dimulai, bertambah 2 personel baru kami, yakni Kak Pleci di tim 2 dan Kak Garpit di tim 1. kami naik ke mobil pick up menuju lokasi pengarungan bersama tumpukan perahu dengan wajah kantuk akibat kekenyangan. Tak sedikit yang tertidur, ada pula yang menyelingi perjalanan dengan bercerita. Entah kenapa perjalanan kali ini terasa agak lebih lama dari perjalanan sebelumnya, mungkin kami sudah mulai lelah(?). Akhirnya kami sampai di lokasi pengarungan yang sama seperti sebelumnya, dengan kegiatan yang sama yakni memompa dan portaging, bedanya hanya pada semut semut yang menghujani kami tadi sepertinya sudah pergi semua (syukurlah). Semua berjalan seperti tadi disertai beberapa materi tambahan, tetapi ada satu hal yang berbeda. Kami berlatih flip perahu disini, ini sangat seru. Bahkan tim 1 melakukan flip di tengah jeram yang besar! Hingga beberapa anggotanya terlepas dari kapal dan sandal borus yang hanyut sebelah, untung saja berhasil dievakuasi oleh kak pleci dengan sandal posko yang sudah nangkring di pelampungnya. Saat itu kami menikmati berenang di Sungai Cianten beberapa saat, hingga tiba tiba ada seekor biawak di daratan yang sedikit membuat panik. Satu persatu dari kami mulai naik ke perahu. Tetapi itu bukan akhir dari keseruan kami, tiba pada jeram yang cukup besar, kami memberanikan diri untuk mencoba melewatinya dengan berputar, ini sangat seru! Tak akan kami lupakan, selain belajar, kami juga bersenang-senang. Pengarungan hampir mencapai
tujuannya, semakin dekat dengan tujuan, kami memutuskan untuk turun dan berenang, santai, dan menenangkan. Kami rasa ini adalah akhir yang cocok untuk perjalanan ini. Kami naik ke daratan, tetapi agak lain dari sebelumnya, portaging dilakukan oleh para guide, mereka mengangkat perahu ini sendirian sedangkan kami hanya membawa alat keatas untuk kemudian membersihkan diri.
Sekitar pukul 17.00 kami sampai diatas, membersihkan diri untuk kemudian lanjut membereskan semua perlengkapan yang kita gunakan di tempat menginap. Hingga akhirnya kami dapat menyelesaikan semua kegiatan dan pulang setelah sholat Maghrib dilaksanakan. Kami pulang dalam keadaan kelelahan dan mengantuk, sehingga kami banyak yang tertidur, sedangkan Borus harus tetap menyetir mobil dengan ditemani Kak Jining di bagian depan. Diperjalanan ternyata hujan deras, sesampainya kami di posko pun hujan belum berhenti, saat itu posko terlihat sangat ramai, karena GH juga pulang di hari yang sama. Meski kami lelah, kami harus tetap langsung mengembalikan peralatan STAPALA yang kami pinjam kembali ke tempatnya. Baru kemudian setelah itu satu persatu dari kami berpamitan untuk kembali ke tempat tinggal masing-masing.
Recent Comments