Oleh Sanlet CSPA 2025

Masa bimbingan adalah satu dari tiga klaster diklat yang harus Kami lalui. Beradaptasi dan mengurusi posko, pengabdia kepada kampus, dan kali ini adalah perjalanan. Perjalanan Kami lakukan dalam rangka mengenal divisi-divisi yang ada di Stapala dengan merasakan kegiatannya secara langsung.

Rabu, 28 Mei 2025 menjadi hari yang dipilih sebagai hari keberangkatan Kami. Mulai hari itu terdapat akhir pekan panjang berkat tanggal merah. Sebelum keberangkatan, kami telah mempersiapkan manajemen perjalanan. Kami pikir dari logistik hinga surat-menyurat sudah Kami amankan. Hanya saja, Kami juga manusia, ternyata mendadak pihak Taman Nasional Pangrango yang mengurusi Gunung Gede mewajibkan Kami untuk membawa surat keterangan sehat. Dan apesnya, dari 26 yang berangkat, ke-26-nya belum memiliki hal tersebut. Kami pun bergegas mecari tempat untuk mengurusnya dan tak jauh dari posko, di Jalan Ceger terdapat pusat kesehatan swasta yang menyediakan jasa tersebut. Syukurlah, selain memberi ujian, Tuhan juga memberi solusinya asal Kita berusaha.

Setelah itu, sekitar pukul 22:43 WIB, Kami dihadapkan dengan perkara transportasi. Mobil tronton yang Kami sewa seharga Rp1,7jt salah mengira Lokasi yang akan dituju. Ia mengira Kami akan berjalan via Putri-salah satu jalur lain untuk mendaki Gunung Gede-padahal via Selabintana. Pihak pemilik tronton tidak bersedia dengan harga tersebut hingga akhirnya disepakati Rp2,5jt adalah harga yang harus dibayar. Kami bingung dari mana mendapat nominal sebesar itu dalam waktu 5 menit. Untungnya perkara ini diselesaikan oleh salah satu Kakak Kami yang sedang nongkrong di posko. Benar, Ia membayar kurangnya.

Akhirnya, pada 23:15 WIB Kami cus berangkat menuju Gunung Gede dengan target pulang pada Jumat, 30 Mei 2025. Tengah malam itu Kami duduk dengan posisi yang sudah di tata agar semua merasa nyaman-baik CSPA dan panitia-dan hasilnya tiga per empat dari perjalanan Kami habiskan dengan tertidur lelap.

Kamis, 29 Mei 2025 pukul 03:03 Kami tiba di basecamp. Bulan begitu perkasa, Ia menerangi Kami di tengah gelap malam. Kami bergegas mengenakan jaket masing-masing karna sang dingin tak mau kalah dan menyayat kulit kami dengan sikapnya. Lalu, Kami turunkan semua perlengkapan barang dari tronton dan meletakkan sementara di Musholla yang tersedia. Ternyata sudah ada satu keluarga kecil yang juga akan mendaki. Kami sedikit sapa-menyapa dan ikut beristirahat bersama menanti mentari mengambil alih panggung bulan dan pagi membasmi dinginnya kegelapan malam.

Selanjutnya, pada kurang lebih 05:00 tibalah waktunya persiapan untuk mulai mendaki. Kami mengawali hari dengan ibadah, lalu masak sarapan, dan menyantapnya agar tubuh yang kuat ini mampu melewati segala rintangan hingga makan siang. Setelah makan, Kami merapikan tas carrier dan membagi barang kelompok. Prinsip Kami ialah barang-barang kelompok sebisa mungkin dibawa oleh pria, cukup gentleman bukan? Persiapan diakhiri dengan konfirmasi registrasi atau yang bisa disebut dengan simaksi dengan pihak pengurus dan briefing. Sebelum berangkat, tentunya Kami mengambil potret ceria bersama-sama.

Kami membagi kelompok yang lumayan besar ini menjadi 3, kelompok advance di depan, kelompok tengah, dan kelompok sweeper di belakang.

Sesi keberangkatan, tepatnya pada 08:00, kami melakukan warming up, berjaga-jaga agar selain energi terisi, sendi dan otot kami juga melek. Perjalanan yang sebenarnya pun dimulai. Tujuan Kami ialah Area Kamp Surya Kencana dengan estimasi waktunya 9 jam. Pada 08:37, Kami dihadapkan dengan persimpangan yang  salah satunya menuju ke Air Terjun Cibereum, Kami mengabaikannya demi tujuan utama Kami tadi hingga pada 08:53 Kami sampai di Pos 1 Citingar dan hanya melewatinya karna sudah ditempati oleh pendaki lain. Tak lama dari Pos 1, Kami memutuskan untuk beristirahat dan mengisi ulang cairan tubuh. Siklus perjalanan kali ini ialah jalan, istirahat sejenak atau istirahat minum, jalan lagi, istirahat panjang melemaskan kaki, dan jalan lagi.

Hal yang menjadi kekhawatiran Kami terjadi, akhirnya pembagian tim terabaikan  dan kelompok baru terbentuk berdasarkan ketahanan dan kecepatan, hal ini mulai terjadi sekitar pukul 10:15. Istirahat dilakukan menyesuaikan dengan kesepakatan masing-masing tim akibatnya saat tim di depan beristirahat terkadang bertemu dengan tim belakang, salip menyalip antar tim pun terjadi. Manajemen tim menjadi kacau, tetapi ini adalah kejadian terduga. Sesempurna apa pun rencana yang dibuat, impementasinya alam yang menentukan.

Kemudian, pada 11.40 Kami sampai di Pos 2 Cigeber, di sini semua kelompok berkumpul dan beristirahat sejenak. Perjalanan berlanjut seperti sebelumnya, masing-masing tim memutuskan untuk makan siang pada kurang lebih 13:53. Untuk kelompok tengah, perjalanan Kami lanjut pada 14:30 hingga akhirnya sampai di Surya Kencana saat Sang Surya berganti shift dengan bulan.

Sesampainya di area kamp Surya Kencana, Kami bergegas membangun tenda dengan penerangan ala manusia alias senter. Tak lupa Kami sematkan flysheet diantara tenda-tenda agar dapat digunakan sebagai dapur dan tempat berkumpul. Sembari menunggu masak, yang lain mengganti pakaian yang sudah dibawa bertempur tadi dan sebagian bersantai di warung kopi, warung kopinya diada-adakan oleh saudara Kami di tenda. Begitulah usaha Kami dalam melawan lapar dan dingin. Pada 20:52, Kami mulai makan malam bersama dan dilanjut dengan evaluasi kecil-kecilan mengenai perjalanan mendaki tadi sekaligus merencanakan perjalanan esok pagi. Malam pun Kami akhiri dengan berdo’a.

Hari esok pun tiba. Jumat, 30 Mei 2025 pukul 03:00 menjadi waktu kami mengalahkan ayam mematok rezeki. Di pagi buta itu, Kami sudah mempersiapkan diri untuk berburu nikmat Tuhan berbentuk matahari terbit. Hari Kami awali dengan memasak air dan membuat the ataupun kopi sesuai selera. Pada kurang lebih 04:30, Kami mulai melakukan summit attack dengan perlengkapan seadanya, tak lupa alat potret untuk mengabadikan hasil buruan Kami di atas nanti. Estimasi perjalanan hanya satu jam, tetapi satu jam yang cukup menantang karna udara memegang pisau yang menyanyat kulit juga saluran pernapasan. Kami yang sudah lama di Tangsel perlu usaha lebih untuk berdaptasi dengan suhu sedingin itu. Setelah sejam perjalanan, tibalah Kami di puncak Gunung Gede. Tuhan memang baik, ciptaannya begitu memukau. Layaknya bertemu dengan kekasih yang sudah ldr selama satu semester. Perjalanan singkat nan berat menjadi penantian yang terbayar lunas, bahkan surplus. Keramaian yang damai, cahaya keemasan dari mentari yang baru terjaga, dan orang-orang Istimewa di sekitar menjadi bukti bahwa kelelahan ini tidak ada apa-apanya. Kegiatan di puncak hanyalah dokumentasi sembari menikmati ciptaan Ilahi.

Setelah berbahagia di puncak, Kami pun turun ke kamp dan sampai pada 08:20. Sesampainya di kamp, sebagian dari kami memasak sarapan, sebagian packing, sebagian terlelap, dan sebagian membuat konten. Begitulah gunung, tak ada tuntutan yang mewajibkan Kita untuk melakukan sesuatu, Ia membebaskan Kita menikmati apa pun, kalau kata Pamungkas dalam lagunya “if you love somebody gotta set them free”. Usai sarapan, Kami membungkus semua tenda dan makan cemilan roti lapis sebelum akhirnya berangkat turun.

Tak terasa waktu untuk berpamitan dengan Surya Kencana tiba pada 12:03. Jalan yang Kami gunakan untuk turun ialah via putri, berbeda dari via selabintana, rute ini hanya memakan estimasi 5 jam. Jalanan turun lumayan menantang, Kami seolah menuruni tangga dengan anak tangga setinggi setengah meter. Tantangan yang berbeda dari selabintana, tetapi ini tak berarti apa-apa. Niat Kami untuk pulang dengan selamat dan lengkap dijawab tuntas oleh Yang Maha Kuasa. Kami tanpa terkecuali turun dan berkumpul di basecamp yang berada di pemukiman warga dengan waktu kedatangan yang berbeda-beda tergantung pada kecepatan turun. Tim tengah tiba kurang lebih pada 16:40 Kaki serasa mati, badan berbau amis, dan pakaian sudah amburadul. Namun, makanan yang telah Kami pesan pun tiba, menunya ialah ayamg goreng siap santap. Begitu nikmat karna Kami hanya perlu memakannya tanpa memasak.

Sepanjang perjalananm, Kami tak melupakan ibadah wajib begitu pun sebelum pulang. Perjalanan pulang pun tiba setelah sejenak bersantai di basecamp. Tronton akhirnya tiba dan Kami pun berangkat pulang. Di perjalanan, sebagian benar-benar terlelap dan sebagia terlelap dalam permainan. Bermain warewolf dan melupakan keletihan. Memang terkadang kebermasaan mampu menjadi bius dari lelah.

Pada 23:30, tibalah Kami di posko tercinta. Semua barang Kami turunkan dan pulan kembali ke rumah masing-masing, sebagian ke kos dan sebagian lagi balik ke asrama. Perjalanan dengan prinsip pergi untuk pulang berhasl Kami lakukan berkat Tuhan Yang Maha Esa.