Sebenarnya waktu pertama kali mendengar Diklat Stapala itu apa sih, pikiran saya cuma berfikir bahwa “ini kan diklat biar gimana kita bisa jadi anggota STAPALA”. Saya tidak berfikir sampai bagaimana proses diklat ini berlangsung. Awalnya saya ingin ikut diklat ini karena ikut Pendakian Umum yang diadakan STAPALA di gunung Papandayan sebelumnya. Itu pertama kalinya saya naik gunung dan langsung berkata “wah ternyata asik juga ya naik gunung”. Sejak saat itu saya langsung jatuh cinta untuk naik gunung. Oleh karena itu saya ikut Diklat Stapala ini dengan tujuan pengen punya temen yang juga sama-sama suka naik gunung. Itulah alasan pertama saya ikut diklat ini.

 

Saat pertama kali datang ke tecnical meeting diklat STAPALA 2013 saya melihat banyak mahasiswa yang datang untuk mendaftar diklat ini sama seperti saya. Saat itu yang datang ada sekitar 50an orang. wow sekali! “wah bakalan seru banget nih punya temen baru sebanyak ini dan memiliki tujuan dan hobi yang sama” ujar saya dalam hati. Saat itu saya baru tahu ternyata diklat stapala itu setiap hari selasa, kamis, sabtu dan minggu. Langsung terbesit dalam pikiran saya. “wah ini bakala menyita banyak waktu sekali nih”. Tapi sebelumnya saya memang sudah berkomitmen untuk ikut diklat ini, oleh karena itu saya memang setelah panitia NAC(Nasional Accounting Challenge) saya tidak ikut kepanitiaan lagi karena saya memang ingin fokus ikut diklat ini.

 

Pertama kali diklat adalah OKA hari kamis pagi, disitu kami di dilatih fisik kita mulai dari lari kecil, pemanasan, strenght, endurance, dan sampai pendinginan. Panitia yang sering mendampingi OKA adalah Tubis, Nama dan Klepon lainnya juga terkadang Kawis, Genkis dll juga ikut menemani kami OKA. Saat OKA suasana masih menyenangkan karena disana kita diajari kekompakan mulai dari gerakan pemanasan, berbaris, samapai lari mengelilingi jogging trek STAN. Bahkan nyanyian mars diklat pun nyaring kita dendangkat setiap lari OKA. Awalnya sih agak berat juga disuruh push up saat strenght. Karena saya memang gak pernah push up. Tapi lama kelamaan semakin terbiasa dan malah gara-gara OKA ini saya dan semua saudara saya jadi tahu cara push up yang benar dan manfaat dari push up sendiri. Saya paling suka endurance karena saya memang suka lari. Jadi lari bukanlah masalah buat saya.

 

Oke itu tentang OKA, lalu tentang evaluasi. Menurut saya ini bagian paling tidak mengenakkan selama di diklat kampus bagi semua siswa. Saat eval itu kita diuji mental kita. Banyak sekali yang berguguran para siswa gara-gara eval ini. Padahal sebenarnya kalau menurut saya panitia juga tidak akan menghukum kita dengan berbagai seri tanpa mempertimbangkan keadaan kita juga, mereka pasti juga melihat kekuatan kita, jika kita dirasa tidak mampu pasti toh disuruh isturahat juga. Tapi sayangnya banyak yang pada keluar diklat gara-gara tidak kuat akan hukuman di eval. Sedih juga melihat saudara-saudara pada keluar satu per satu.

 

diklat kampus sendiri dimulai dari desember 2012 selama 2 minggu lalu dilanjut lagi semester 6. Saat 2 minggu pertama diklat di bulan desember saya sudah menemukan saudara yang banyak yang satu perjuangan. Senang sekali rasanya kala membayangkan kita semua sekitar ber 30an orang dilantik bersama. 2 minggu itu terasa sangat berat. Karena saya tidak berfikir awalnya bahwa diklat bakal sebegini beratnya. Bangun pagi-pagi untuk OKA, lalu eval di sore hari, sabtu dan minggu adalah kegiatan full diklat. Tapi selain itu kita juga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru yang sangat berharga. Mulai dari orienteering, packing, ploting peta, navigasi, rescue dll. Itu hal-hal baru yang saya sangat antusias mendapatkannya terutama materi tentang orienteering. Dan di diklat pun kami diajarkan serta prektek langsung orienteering itu sendiri. tapi kalau setiap eval pasti terasa berat di pikiran, namun beban ittu berkurang setiap kami semua berteriak bersama-sama menghitung dari satu sampai STAPALA. Sungguh momen-momen yang tidak terlupakan. Dikalat bulan desember pun kita lalui dengan suka cita dengan sisa sekitar 30an orang.

 

saat libran pun kami diberikan tugas untuk berkunjung ke mapala-mapala yang itu merupakan pegnalaman pertama juga. Untungnya saya punya teman SMA yang juga mapala, jadi dimudahkan dalam tugas. Tidak sampai harus menginap berlama-lama seperti yang dialami salah satu siswa diklat 2013. Namun dari berkunjung ke mapala itu kami dapat pengalaman, pengetahuan, dan teman baru juga. Suatu keuntungan yang tidak bisa saya dapat jika saya tidak mendaftar diklat STAPALA.

 

Di tahun 2013 dikalt pun berlanjut sama seperti sebelumnya tapi dengan materi dan porsi latihan fisik yang lebih berat. Hari demi hari, minggu demi minggu, diklat kampus kita jalani bersama saudara-saudara saya. Memang kalau difikirkan “buat apa sih capek-capek ikut diklatt?” tapi saya sendiri merasa dan menekankan pada diri saya sendiri “saya sudah mendaftar diklat ini, saya harus menyelesaikannya, itu adalah komitmen saya”. Selain itu ternyata segala sesuatu yang kita rasa berat, jika kita jalani bersama orang-orang yang dapat kita percaya dan orang-orang yang perduli dengan saya ternyata beban berat itu hilang semua. Seolah beban berat yang kta rasakan justru menjadikan kita semakin kuat dalam persaudaraan.

 

Namun sangat disayangkan bahwa jumlah kami semakin hari semakin berkurang, setiap minggu pressure, rasa jenuh mulai melanda diri kami. Akibatnya mental-mental kami banyak yang goyah. Banyak saudara-saudara saya yang kelaur karena berbagai alasan, ada yang memang tidak boleh orang tua mereka, ada yang memang sudah tidak ingi ikut diklat, dll. Sedih sebenarnya kehilangan saudara-saudara saya, karena kita sebenarnya sudah mengalami penderitaan bersama, makan dalam bungkus yang sama, saling uap makanan, saling membersihkan kotoran sisa makanan ke rambut sudara kita. sedih sekali rasanya karena setiap OKA jumlah kami semakin sedikit, beban eval jadi semakin terasa karena suara teriakan kami menjadi lebih pelan karena jumlah kita berkurang.

 

Saat hampir mendekati diklat lapangan, tekanan pun semakin berat. Apalagi senior senior mulai datang saat diklat. Hal yang paling berkesan adalah saat kita disuruh mencempung ke empang dekat kalimongso itu. Waw tidak pernah kebayang nyemplung kesana dan akhirnya nyempung juga.

 

Saat diklat lapangan kami tersisa 16 orang. ke 15 saudara saya inilah yang saya rasa orang-orang yang tangguh dan rela sakit-sakitan demi saudaranya. Diklat lapangan dibuka dengan pembukaan dari komeng. Dan yang paling berkesan adalah saat harus IMG_0384nyemplung ke kali yang dingin airnya saat jam 4 pagi. Tidak kebayang itu dinginnya seperti apa. Hari pertama diklat lapangan adalah orienteering. Seperti yang pernah diajarkan di diklat kampus kurang lebihnya. Lalu malamnya kita harus membuat bivak dari ponco untuk 2 orang. saya dengan ari-ari saya yaitu Lanang PONO Mahardika 1019/SPA/2013. Materi yang kita peroleh dan pelajari saat diklat kampuspun teryata sangat berguna saat diklat lapangan karena kita benar-benar berhadapan dengan alam saat itu. Pagi harinya jam 2 kita dibanunkan dengan peluit. Suaranya sampai sekarang masing teringat. Lalu kami disuruh packing dan lalu sedikit hukuman karena kita harus packing dengan segera sedangkan kita baru bangun tidur dalam keadaan gelap gurita. Hari keduanya materinya adalah SAR dan dibagi sesuai kelompok. Malamnya kita tidur di bivak, tapi kali ini bivak alam. Pagi harinya seperti biasa kita dibangunkan pagi hari jam 2. Kali ini kami dibagi 2 karena beberapa dari kami harus kuliah pada hari seninnya. Jadi 10 orang pulang ke kampus untuk kuliah dan 6 lainnya tertinggal di lapangan. Keesokan harinya pada malam hari kami kembali lagi ke lapangan untuk bertemu saudara kami yang sempat terpisah karena kuliah. Disaat ditemukan terjadi insiden yang mengakibatkan kita akhirnya menyerahkan smua slayer siswa kami kepada panitia, hal ini untuk melindungi kami agar tetap ber16. Namun paginya kami diberitahu bahwa slayer akan dikembalikan saat sampai di kampus tapi kami harus long march terlebih dahulu dari parung menuju kampus, jaraknya sekitar 24 km. Longmarch terasa sangat haus karena kita hanya diperbolehkan minum saat tertentu. Sesampainya di kampus kami ditutp mata nya. Kami dibawa ke lapangan A unttu diberikan petuah dari senior-senior kita. lalu kami dibawa ke Dp dan ternyata disana kami disambut dengan upacara dan makan bersama. Wah momen itu benar-benar tidak terlupakan. Itulah akhir dari diklat lapangan kami.

 

Selanjutnya masa mabim, masa mabim ini kami sudah bisa masuk posko dan berbaur dengan panitia. Asyik sekali ternyata bisa ke posko dan berkumpul bersama walaupun belum resmi menjadi saudara. Karena saya memilih divisi gunung Hutan, mabim kami memilih gunung slamet sebagai tempat mabim kami. Peserta mabim kami yaitu saya, buncil, kongo dan seniornya adalah bangsal, botak, genkis, sundul, laler, suket, worem dan kropos. Mabim kami berjalan lancar walaupun sempat salah jalan di awalnya, tapi akhirnya kami menemukan jalan yang benar dan berhasil muncak. Walaupun akhirnya nambah satu hari untuk perjalanan kami karena kita mengambil jalur yang baru yang tidak sesuai manper. Kami sangat berterimakasih sekali kepada KMPA Unsoed yaitu Iim dkk yang telah sangat membanttu kami dalam perjalanan slamet kemarin.

 

Setelah semua divisi mengikuti mabim, kami diberitahu akan ada diklat lanjutan. “ah malas sekali rasanya harus diklat lagi, karena sudah merasakan suasana posko”.tapi itu harus kami jalani dengan ikhlas dan siap.pada malam sabtu kami dibawa menuju cibodas, ternyata kita akan naik gunung gede. Malam hari sekitar jam 2 kami naik dan sampai di kandang badak pagi hari. Setelah sarapan kami harus menuju puncak pangrango. Sampai disana pukul 12 siang lalu kami turun lagi ke kandang badak untuk istirahat sebentar dan perjalanan kami lanjutkan kembali menuju puncak gunung gede. Luar biasa tidak menyangka bisa muncak 2 gunugn dalam satu hari, gede pangrango. Lalu kami dibawa ke surya kencana untuk mendirikan bivak untuk tempat istirahat kami. Setelah istirahat kami dibangunkan satu persatu dan diwawancarai oleh macut selaku korlak atau lancip selaku ketum. Paginya kami ditutup mata kami dan ternyata setelah “digiring” ke suatu tempat, saya kira bakal diseri habis-habisan ternyata kita disana dilantik sebagai anggota STAPALA. Tepat tanggal 21 April 2013 kami ber 16 anggkatan 2013 dilantik di Surya Kencana Gunung gede. Pengalaman yang luar biasa. Tidak hanya sekedar naik gunugn, STAPALA bagi saya adalah keluarga baru saya.

 

 

Lima Bulan

 

Dari Desember hingga April. Dari sebuah keputusan untuk menyerahkan formulir pendaftaran hingga dilantik menjadi anggota. Telah banyak yang saya lewati bersama saudara-saudara saya. Ratusan ribu push up, jutaan langkah kaki, begitu banyak ilmu baru, pengalaman baru, sengsaranya, deritanya, susah senang, hingga tawa dan tangis mengiringi perjuangan kami.

 

Lima bulan, bukan waktu yang singkat untuk menanamkan dalam sanubari kami, tentang arti sebuah saudara, tentang arti kata satu. Bahwa kami adalah satu.

 

Lima bulan, adalah tentang diklat yang sangat berjasa dalam menanamkan nilai-nilai baru yang mungkin tidak akan pernah saya sadari tanpa adanya diklat ini. Nilai dari sebutir nasi, betapa bernilainya setetes air, betapa berharganya waktu, dan betapa beruntungnya manusia.

 

Lima bulan, adalah tentang bagaimana saya merasa bukan siapa-siapa. Alam menguji kita. Gunung membuat kaki ini berjalan semakin lambat, angin malam membuat badan ini menggigil kedinginan, dan terik matahari membuat kulit ini perih terbakar. Sungguh, alam membuat saya menyadari, betapa selama ini manusia begitu angkuhnya berjalan dimuka bumi.

 

Lima bulan, bukan hanya sekedar bangun pagi dan pulang petang. Bukan sekedar berlari dan merangkak. Bukan hanya sekedar materi-materi alam yang harus kami kuasai. Lebih dari itu, lima bulan adalah saat dimana mental kami diuji. Seberapa besar komitmen untuk terus bertahan, seberapa besar kekuatan tekad, mengalahkan rasa takut dalam diri sendiri.

 

Lima bulan, adalah tentang pengalaman-pengalaman pertama yang sangat mengesankan. Pengalaman survival, lari puluhan kilo, push up di empang, jalan jongkok di got, merangkak di lumpur, naik gunung, digigit pacet, hingga melihat betapa indahnya puncak gunung, pesonanya tebing, dan cantiknya padang edelweiss.

 

Lima bulan, begitu banyak pesan yang saya ingat. Tentang beda manusia dengan binatang. Bahwa binatang tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan apapun. Tentang pertanyaan apakah kami siap untuk menjadi binatang.

 

Lima bulan, adalah tentang tujuan yang bukan lagi hanya sekedar ingin naik gunung, mengarungi sungai, memanjat tebing, ataupun menelusuri goa. Tapi lebih dari itu, lima bulan adalah proses berubahnya pemahaman bahwa kami adalah pecinta alam, bukan sekedar penikmat alam.

 

Lima bulan, adalah perjuangan dari sebuah niat, kemudian tekad, hingga semangat. Sampai akhirnya tiba dititik dimana slayer kami berganti warna menjadi merah. Tapi bukan itu intinya. Intinya adalah rasa saling memiliki yang telah kami tanamkan dalam diri. Bahwa kami adalah satu. Satu keluarga, untuk STAPALA.

 

Receh/SPA1018/2013