Hai guys, kami dari ORADers 2017 cihuuuy! Jadi di tulisan ini kami ingin bercerita tentang perjalanan MABIM Divisi ORAD 2017 yang kami lakukan di Sungai Cisadane Bawah pada tanggal 3 Februari sampai dengan 5 Februari. Cisadane ini tepatnya terletak di Rancabungur, Ciampea, Kabupaten Bogor. Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri kami yang terdiri dari 7 siswa yaitu Yukjum, Mbohlah (Mbohlam kalo Mas Kipli yang manggil), Juku, Panjul, Satam, Abuy, dan Wucing. Perjalanan kami didampingi oleh beberapa senior yaitu Angin, Warjeb, Dori, Soang, Kipli, Turus, Clurut, Kalut, Kace, Odol dan teman-teman yang lain.

Seperti peribahasa “Sedia payung sebelum hujan“, kami para ORADers juga melakukan persiapan sebelum melakukan perjalanan. Persiapan yang kami lakukan berupa persiapan fisik, persiapan mental, dan persiapan alat. Persiapan fisik dan mental kami lakukan di kampus dan juga simulasi danau di Situ Gintung. Latihan di kampus kami lakukan seperti OKA biasa, tapi ada satu yang unik dari OKA kami di kampus, yaitu kami memakai pelampung, helm, serta dayung. Kami seperti orang tidak waras wkwk. Sedangkan latihan danau kami laksanakan 1 kali berupa latihan dasar seperti renang, cara dayung yang baik, cara naik perahu, cara portgaging, memompa perahu, cara jadi skipper, dsb. Nah, sekarang kami akan menceritakan bagain paling penuh perjuangan dalamm persiapan MABIM kami. Perjuangan itu berupa………. MENCARI PERAHU!!!!!.

Perjuangan kami mencari perahu ini kami beri judul #ORADsusursekret. Adapun pencarian perahu ini kami mulai dengan mengajukan surat peminjaman ke Mapala tujuan pertama yaitu di STIE Bhakti Pembangunan atau Palaba. Dalam pengalaman pertama mengunjungi mapala lain ini kami merasakan bagaimana kehangatan dan keramahtamahan tuan rumah mapala karena walaupun kami masih anak baru tapi teman-teman Palaba menyambut kami dengan sangat welcome. Terasa saat kami diberi berbagai wejangan dari para senior Palaba serta sharing pengalaman dan ilmu mulai dari tali-temali hingga mengarungi sungai dan mendaki gunung. Kunjungan ke Palaba ini juga menjadi pelajaran yang berharga bagi kami karena banyak kebodohan yang terjadi. Pertama adalah selalu meminta kontak CP kepada siapa yang bertanggungjawab menindaklanjuti surat peminjaman tersebut, dan kedua adalah jangan terlalu berharap #ea karena di kunjungan pertama itu kami hanya meninggalkan kontak kami tanpa meminta kontak dari mereka, lalu kami tunggu dan tunggu dan tidak mendapat respon dari mereka hingga pada kunjungan kedua kami harus menerima kenyataan pahit bahwa ternyata perahu mereka tidak dapat turun untuk kami pinjam.

Kunjungan #ORADsusursekret kedua adalah rencananya ke ASTADECA PNJ. Akan tetapi karena kunjungannya di hari Sabtu dan tidak menghubungi terlebih dahulu ternyata hari itu kampus libur dan tidak berpenghuni. Selanjutnya berdasarkan kabar dari saudara-saudara kami di Posko bahwa Mapala UI mempunyai banyak perahu yang menganggur. Lalu kami mencari kontak anak Mapala UI untuk mengabari kalau kami ingin berkunjung, namun dengan usaha yang gigih kami tidak dapat kontak tersebut. Dengan kepercayaan diri yang lebih, akhirnya kami nekat main ke Mapala UI tanpa mengabari terlebih dulu. Pukul 3 sore kami sampai disana, kami disambut oleh Mas Hafiz sama Mbak Eva. Disana suasananya lagi sepi, karena Mapala UI sedang melaksanakan diklat lapangan ke Pegunungan Ijen.

Besoknya kami kembali lagi ke Mapala UI untuk menyerahkan surat peminjaman. Kebetulan dapat bertemu langsung dengan yang bertanggung jawab atas logistik Mapala UI yaitu Kak Emira. Di situ surat langsung kami serahkan dan dengan berberat hati Mapala UI tidak dapat memberikan pinjaman ke kami karena adanya ketentuan SOP bahwa peminjaman perahu harus didampingi anggota aktif, sementara anggota aktif kebanyakan sedang melakukan perjalanan diklat di Jawa Timur. Walaupun tidak mendapatkan perahu, ada satu hal yang unik dalam kunjungan kedua kami ke UI ini karena ternyata ada juga tamu yang berasal dari Jepang yaitu Mizuki. Mizuki adalah mahasiswi asal Jepang yang berkuliah di UI jurusan Sastra Indonesia.

Belum mendapatkankan perahu, #ORADsusursekret kami lanjutkan di lain hari ke Makopala Universitas Budi Luhur. Berangkat sekitar pukul 20.00, di sana kami langsung disambut oleh para senior Makopala di antaranya Bang Japra yang sudah hafal betul dengan Stapala hingga ke senior-senior sebelum tahun 2010. Bang Japra yang notabene adalah pembesar arus deras di Makopala langsung menanyakan bagaimana ORAD Stapala, kapan dan di mana ngarung terakhir, serta rencana terdekat. Dari situ Kak Angin langsung menjelaskan bahwa maksud dan tujuan dari datangnya kami untuk bersilaturahmi ke Makopala malam itu adalah untuk meminjam perahu Makopala. Mengetahui bahwa kami butuh perahu, Bang Japra langsung menyayangkan kedatangan kami yang mendadak dan langsung meminta maaf karena semua anggota Makopala aktif sedang mendiklat calon anggota baru di Gunung Luhur-Kencana sampai tanggal kami perjalanan Mabim, sehingga sesuai SOP Makopala perahu juga tidak dapat keluar. Akan tetapi berkat jaringan yang dimiliki Bang Japra, beliau langsung menyarankan agar kami untuk mengajukan peminjaman ke Ganespa malam itu juga.

#ORADsusursekret kemudian kami lanjutkan ke Ganespa. Ganespa sendiri bukan merupakan Kelompok Pecinta Alam kampus atau Mapala melainkan sebuah organisasi kepemudaan yang memang bergerak di kepecintaalaman. Ganespa ini memiliki agenda aktif untuk membantu pemerintah daerah sekitar Jabodetabek untuk menjadi relawan banjir atau juga SAR apabila diperlukan. Karena sifat kegiatannya yang seperti itu, Ganespa juga memiliki aset sendiri berupa perahu yang kami usahakan untuk dipinjam dalam perjalanan Mabim kami. Sampai di sekretariat Ganespa pada sekitar pukul 24.00 kami langsung disambut dan diminta untuk menginap saja melihat sudah larut malam. Kami kemudian menyampaikan keperluan kami berkunjung ke Ganespa, menyerahkan surat yang langsung diterima pengurus yang bersangkutan, dan setelah mengobrol serta sharing pengalaman dari beliau-beliau, kata maaf pun kembali terucap. Ganespa tidak bisa mengeluarkan perahu mereka karena memang sesuai SOP mereka bahwa di markas Ganespa harus ada minimal satu perahu yang standby untuk berjaga-jaga apabila terjadi bencana atau keperluan lain yang mendesak terkait SAR. Keesokan harinya walaupun pulang tanpa perahu untuk dipinjam, akan tetapi kami tidak pulang dengan tangan kosong. Kami mendapat pengalaman yang berharga dari anggota luar biasa Ganespa tentang kisah-kisah yang telah mereka jalani, serta selain itu yang paling penting merupakan informasi di mana kami dapat mengajukan peminjaman perahu dengan kemungkinan persetujuan yang tinggi. Tempat itu adalah di Aksi Cepat Tanggap atau ACT Ciputat.

Siang harinya sepulang dari Ganespa, kami yang belum mandi itu hanya menutupi badan kami dengan jaket dan meluncur ke kantor ACT di Ciputat dekat flyover UIN. Jujur saja sesampainya di sana kami bisa dibilang sudah desperate luntang-lantung tak tahu ke mana lagi harus pergi mencari apabila tidak berhasil mendapat perahu di situ, mengingat hari itu sudah H minus satu perjalanan. Mabim kami terancam tak bisa dilaksanakan karena minimal perjalanan arung jeram harus menggunakan dua perahu. Setelah menyerahkan surat ke ACT melalui Kang Luksol (Lukman Solihin), kami hanya bisa merenung dan berdoa agar peminjaman perahu dapat tembus sambil makan gorengan di kantin seberang Kantor ACT. Merencanakan untuk segera pulang, kami kemudian didatangi oleh Kang Luksol yang ternyata mencari-cari kami karena kebetulan Pak Kusmayadi dari Disaster Emergency Response ACT tertarik untuk mengobrol dengan kami. Kemudian kami kembali masuk ke Kantor ACT untuk membahas terkait peminjaman perahu. Sekitar 30 menit obrolan itu berlangsung, syukur alhamdulillah doa kami langsung dikabulkan karena permohonan peminjaman perahu kami disetujui pihak ACT dan hanya tinggal menjemput perahunya di Gudang ACT di Sawangan, Depok. Selain membahas peminjaman perahu, kami juga membahas terkait ketertarikan ACT untuk bekerjasama take and give dengan Stapala, yaitu untuk ke depannya ACT meminta Stapala untuk dapat mengadakan latihan gabungan bersama dengan ACT dan Kelompok Pecinta Alam lainnya, serta dalam hal terjadi bencana dan dibutuhkan tim SAR teman-teman Stapala dapat bersedia menjadi relawan untuk rescue, tidak hanya di air tapi juga vertical rescue dan penyelamatan lainnya yang memerlukan teknik khusus yang umumnya dikuasai Kelompok Pecinta Alam.

PENGARUNGAN PERTAMA

Materi ke-1: RENANG JERAM.

Kak Warjeb membawa kami berjalan menyusuri pinggiran sungai ke arah hulu. Kebanyakan dari kami belum pernah melakukan rafting sebelumnya. Jadi penyusuran sungai yang berarus deras ini saja sudah membuat kaki kami. Di bagian berlawanan, sekitar 200 meter ke hilir, kak Angin dan kak Clurut sudah siap dengan rescue rope mereka. Kak Warjeb kemudia mencontohkan bagaimana cara renang jeram di sungai. Awalnya kami kira, Kak Warjeb akan terseret arus sungai dengan cepat tetapi ternyata tidak. Hal ini membuat ketakutan kami sedikit berkurang. Kemudian masing-masing dari kami mencobakan renang jeram.

Materi ke-2: MORFOLOGI SUNGAI, DAYUNG KOMPAK, DAN PLOTING.

Siswa #Oraders dibagi rata dalam 2 perahu dan didampingi oleh beberapa panitia. Di perahu semar ada Satam, Mbohlah, Yukjum, Juku,  kak Angin, dan Kak Warjeb, sedangkan di perahu ACT ada Wucing, Abuy, Kak Turus, Kak  Kipli, Kak Dori, Kak Clurut, dan Kak Soang. Kami diajarkan morfologi sungai (edis, jeram, rongga, lidah air, pillow dan sebagainya). Kemudian kami diajarkan dayung kompak. Sesuai dengan namanya, dayung kompak adalah mendayung bersama-sama secara serentak. “dayung maju… mulai” kata Kak Warjeb selaku Skiper. Lalu kami pun sontak menjawab dan mendayung dengan semangat “SATU DUA SATU DUA SATU DUA…”. Kata Kak Warjeb, mendayung itu tidak terus menerus, skiper harus memberikan aba-aba kapan mulai mendayung dan kapan berhenti. Ketika mendekati arus Jeram, skiper memberi aba-aba “Posisi Safety” , semua penumpang pun merebahkan badan ke belakang sampai helm dan kepala di basahi air. Pas di Jeram rasanya takut campur seru dan happy. Takut jatuh ke arus tapi seneng juga karena ayunan perahu membuat badan melambung-lambung dari perahu. Asik asik gimana gitu ckck.

Tak terasa pengarungan pertama pun selesai, kami  pun diminta turun dari perahu dan berenang sampai ke pinggir sungai. Di pinggir sungai kami sudah ditunggu oleh bapak Odong-Odong plus mobil Odong-Odongnya, kami pun portaging perahu ke atap mobil adong-odong dan kemudian kembali ke camp.

PENGARUNGAN KEDUA

Guys, setelah makan siang enak yang disponsori kak Kalut, kami bersiap-siap memulai pengarungan kedua. Kali ini, Kak Odol, Kak Kalut, dan kakak-kakak turis (teman-teman kak Odol) ikut dalam pengarungan. Yang bertugas untuk menjadi tim darat siang ini adalah Kak Clurut.  Sebelum ngarung kami foto-foto dulu bersama para senior yang datang. Pengarungan kedua ini lebih seru, guys. Air sungai lebih tinggi dan deras daripada pagi hari tadi. Kali ini kami mempraktekkan pelajaran yang kami dapat tadi pagi. Namun, di tengah pengarungan entah kenapa Kak Kalut yang berada di perahu panitia terlempar dari perahu dan hanyut. Kami yang di perahu semar awalnya mengira kalau kak Kalut sengaja turun dan berenang. Tetapi, melihat perahu tetangga ternyata tersangkut batu dan kak Kalut terus hanyut, kak Warjeb dengan sigap memberi aba-aba untuk dayung maju yang cepat dan melemparkan rescue rope ke arah kak Kalut dan menaikkan Kak Kalut ke atas perahu.

MATERI KETIGA: HANYUT DAN RESCUE KORBAN HANYUT.

Setelah kejadian hanyutnya Kak Kalut, Kak Odol ide untuk praktek bagaimana kalau kita hanyut dan bagaimana menyelamatkan korban hanyut. Kak Angin ngajarin kami cara menggulung rescue rope, melempar rescue rope, dan menarik korban hanyut dengan rescue rope. Di bagian agak ke atas sungai, Kak Warjeb ngajarin renang jeram lagi, kata kak Warjeb, “Kalau hanyut, biar selamat itu intinya yang pertama adalah jangan panik, kemudian usahakan badan telentang dan kaki di gerakkan untuk memeriksa apakah di depan kita ada batu atau tidak, sebisa mungkin tahan napas, biar hidung tidak kemasukan air, karena kalau hidung kemasukan air, nanti bisa pusing dan pingsan”. Satu persatu dari kami pun mempraktekkan cara hanyut dan renang jeram. Setelah ditolong oleh kak Angin dengan rescue rope nya, siswa pun bergantian menjadi relawan hanyut dan penolong.

PENGARUNGAN KETIGA

Minggu, 5 februari 2017, Pagi ini kami bersiap untuk melakukan pengarungan ketiga. Diawali dengan OKA dan doa, kami kembali portaging perahu ke pinggir sungai Cisadane Bawah. Pagi ini Kak Kipli menjadi tim darat. Oya, Karena saking bersemangatnya ngarung kemaren + tidak OKA sebelum ngarung, Kak Kipli mengalami kram otot lengan.

MATERI KEEMPAT: SKIPER, NAIK PERAHU, DAN FLIP FLOP PERAHU.

Di pengarungan ini masing-masing kami diminta mempraktekan cara menjadi skiper, bagaimana cara J struk dan C struk. Setelah ngarung beberapa lama, kak Angin menyuruh semua siswa untuk turun dari perahu, setiap siswa disuruh naik perahu dengan teknik yang telah diajarkan. Selanjutnya Kak Angin dan Kak Clurut merentangkan tali menyeberangi sungai yang menyebabkan perahu kami menjadi terbalik. Kemudian kak Warjeb membimbing kami bagaimana cara membalikkan perahu di sungai Untung  perahunya di ikat, kalau tidak pasti perahu kami sudah hanyut karena kami masih lama dalam mebalikkan perahu.

PENGARUNGAN KEEMPAT

Setelah balik ke camp dengan Odong-Odong, kami langsung melakukan pengarungan terakhir. Kak Kipli kembali bergabung dalam tim pengarungan. Sebagai gantinya, kak soang bertugas menjadi Tim darat. Karena semua materi sudah dipraktekkan, pengarungan keempat lebih ke fun rafting alias hore-hore. Di jeram Naga kami pun bikin video masing-masing perahu yang melewati jeram naga. Oh yaaaa, Selama pengarungan kami sering ga sengaja liat orang mandi di pinggir sungai loh hehehe.

Sesampainya di camp, kami pun makan siang, shalat, bersih-bersih, dan packing alat. Dalam perjalanan dengan oplet ke Bintaro, Kak Angin demam dan tidak enak badan. Pelajaran sangat berhrga di MABIM ini, kami kelupaan bawa perlengkapan P3K. Padahal P3K adalah barang wajib. Karena kami tidak bawa P3K, demamnya kak Angin tidak bisa langsung kami tangani.