Hai, Kembali lagi Bersama Sebong 1386/SPA/2023. Kali ini aku ga akan bercerita mengenai perjalanan caving. Aku akan bercerita tentang pengalaman baruku mengikuti lomba orienteering.

Tricora merupakan perlombaan yang diselenggarakan oleh organisasi mahasiswa pecinta alam di Universitas Trilogi, Kalibata. Festival ini terdri dari lomba orienteering dan bouldering. Lomba orienteering terdiri dari empat kelas, yaitu M20, W20, M21, dan W21. Sedangkan lomba bouldering diselenggarakna untuk anak-anak. Lomba diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 24 Mei 2025.

Orienteering merupakan sebuah olahraga yang membuthkan kemampuan fisik dan otak. Hal utama yang diperlukan adalah keterampilan navigasi menggunakan peta dan kompas. Peserta akan diberikan peta yang memuat pos-pos yang harus dilewati secara berurutan. Juara akan diambil dari peserta yang berhasil melewati semua pos secara berurutan dna sampai di garis finish dengan waktu tercepat.

Pengkategorian kelas di orienteering menurutku cukup menarik. Kelas M20 dan W20 memuat usia 20 tahun ke bawah. M21 dan W21 memuat usia 21 ke atas. Kategori perempuan dan laki-laki sangat kontras di julan peserta. Kategori W21 memiliki jumlah peserta yang paling sedikit, yaitu hanya 7 orang.

Aku mengikuti lomba bersama beberapa saudaraku dari mapala. Boang dan Soke baru mencoba lomba orienteering untuk pertama kalinya. Siten adalah salah satu peserta seleksi FONI Jakarta. Dan yang terakhir adalah Gusman yang mengiktui lomba di kali kedua. Kami berangkat dari Stasiun Pondok Ranji pukul 5.45 WIB dan berhenti di Stasiun Duren Kalibata. Dari stasiun kami jalan kaki hingga Kampus Universitas Trilogi yang tidak begitu jauh. Kemudian kami segera melakukan daftar ulang serta mengambil nomor BIB dan bersama-sama sarapan bubur ayam, padahal sebelumnya aku sudah sarapan oatmeal sebelum berangkat.

Sarapan selesai, aku mulai memasang kinesio tape untuk membantu ankle kananku setelah mengalami cedera sprain ankle yang lumayan parah agar tidak cedera kembali. Setelahnya, kami mengambil sportident yang digunakan sebagai time control system. Lalu kami diberi waktu untuk melakukan pemanasan secara mandiri.

Mayoritas peserta merupakan perwakilan FONI Jakarta. Mungkin karena sebentar lagi akan diselenggarakan lomba nasional di Lombok, NTB. Mereka yang menjadi perwakilan FONI mengikuti perlombaan ini sebagai bagian dari seleksi.

Lomba akhirnya dimulai pukul 09.00 WIB, mundur 1 jam dari jadwal awal yaitu pukul 08.00 WIB. Aku berada di urutan ke lima di kategoriku. Antara peserta di kategori yang sama diberikan jaram waktu selama 1 menit untuk memulai perlombaan. Sedangkan waktu mulai sama dengan masing-masing stau orang dari setiap kategori. Hal ini untuk menghemat waktu dengan tetap menjaga keadilan untuk setiap peserta karena setiap kategori memiliki jumlah pos dan urutan pos yang berbeda-beda.

Begitu peluit berbunyi, aku segera berlari mengambil peta. Area perlombaan tidak begitu besar, tetapi penempatan pos cukup bervariasi. Sedikit disayangkan, jalur lari peserta di pos awal digenangi air sehingga cukup membahayakan. Peserta jadi tidak bisa berlari dengan maksimal.

Di kategori W21, pos 1 dan pos 2 berada di luar gedung. Pos 3 berada di pintu masuk labirin. Pos 4, 5, dan 6 berada di dalam labirin. Awalnya, aku mengira lebih baik mencari jalur labirin dahulu melalui peta. Tapi mencari jalur secara kangsung dengan melihat kiri kanan lebih cepat. Apalagi labirin hanya dibatasi garis polisi dan control system terlihat. Sehingga kita hanya perlu mengetahui yang mana control system yang merupakan pos yang kita tuju. 

Pos 7 berada di luar labirin tetapi masih berada di dalam gedung. Pos 8, 9, dan 10 berada di lantai 2. Pos yang berada di lantai 2 ini membuatku sedikit terkecoh. Awlnya aku mengira itu bukan lanti 2, tetapi gedung lain yang berada di belakang gedung labirin. Aku menyadari pos berada di lantai 2 ketika tidak menemukan jalan keluar gedung. Aku pun segera naik ke lantai 2 dan berlari sekencang mungkin hingga aku hampir bertabarakan dengan peserta lain yang terlalu fokus membaca peta tanpa melihat jalan.

Pos 11 kembali berada di lantai 1. Pos 12 dan 13 berada di dalam labirin, sehingga aku harus kembali masuk ke labirin. Aku pun terlalu fokus membaca peta hingga tidak melihat garis polisi di depanku. Aku menabrak garis polisi dan hambir membuat labirin rusak. Untungnya tindakanku itu tidak membuatku didiskualifikasi.

Pos 14 merupakan pos yang memakan waktu paling lama bagiku. Aku terlalu terburu sehingga membaca peta dengan kurang cermat. Aku pun harus mengecek 2 pos sebelum akhirnya menemukan pos 14 setelah mencari selama lebih dari 3 menit. Untungnya aku bisa segera menemukan pos 15 yang berada tidak jauh dari garis finish. Aku pun sampai di garis finish pada menit 8:55, teraput 1 menit 49 detik dari podium 1.

Sebenarnya aku tidak menyangka bisa mendapatkan Juara 2. Aku memang pernah mengikuti lomba orienteering sebelumnya, tetapi dalam kategori lomba yang berbeda. Sebelumnya, aku mengikuti lomba orienteering di kaki Gunung Slamet, tepatnya di Guci, Kabupaten Tegal. Namun, ini pertama kalinya aku mengikuti lomba orienteering di dalam area kampus dengan labirin dan harus berlari sprint. Jadi, tujuan awalku mengiktui lomba kali ini adalah untuk menambah pengalaman. Tapi syukurlah aku bisa membawa nama STAPALA ke podium.