Halo! Kembali lagi bersama Sebong 1386/SPA/2023, penulis Catatan Perjalanan Divisi Caving.
Perjalanan caving kali ini merupakan perjalanan caving pertama SPA 2023 dengan Sanset 1394/SPA/2023 sebagai Kepala Divisi yang baru dan Toren sebagai Ketua Perjalanan. Tujuan diadakannya perjalanan ini adalah pelatihan mapping dan vertical rescue. Materi mapping rencananya akan disampaikan oleh Bang Elang dan vertical rescue dilatih oleh Sanset dan Toren yang telah mendapatkan pelatihan vertical rescue. Namun, pelatihan mapping belum berhasil terlaksana karena satu dan lain hal.
Pada tanggal 3-4 Februari, kami yang terdiri dari 11 orang melakukan perjalanan ke Gua Citamiang. Seperti saat perjalanan mabim, perjalanan ini diikuti oleh lintas divisi. Perjalanan susur gua memang menjadi perjalanan dengan peminat yang cukup banyak. Sembilan orang dari divisi caving antara lain:
- Joplit
- Sada
- Sanset
- Toren
- Sebong
- Garpit
- Mebel
- Alil
- Prusik
Sedangkan dua orang lainnya yaitu Tongat dari divisi Rock Climbing dan Borus dari divisi ORAD. Perjalan dipimpin Toren sebagai ketua perjalanan, Sanset sebagai bendahara, dan masing-masing lainnya menjadi penanggung jawab alat, rundown, medis, dokumentasi, dan lainnya.

Seperti perjalan-perjalanan lainnya, perjalanan kali ini kami mulai di posko. Setelah persiapan alat selesai, kami berangkat menuju Klapanunggal, Bogor, Jawa Barat menggunakan sepeda motor pukul 08 pagi. Jalanan Kota Bogor padat merayap. Mungkin karena ini akhir pekan. Selain kemacetan yang sudah diperkirakan, perjalanan kami berjalan lancar. Kami sampai di pos Palikar pada pukul 11 siang.
Sebelum turun ke Gua Citamiang, kami melakukan simulasi terlebih dahulu di Pos Palikar. Hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kami memang bisa melakukan SRT dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mnyusuri gua. Sayangnya, simulasi ini tidak dimasukkan dalam runtutan acara. Sehingga susunan acara menjadi mundur.


Dari Pos Palikar, kami menuju rumah Pak Eman. Sayangnya kami belum bisa bertemu dengan Pak Eman karena Pak Eman sedang berada di kebun jagung. Kami menitipkan sepeda motor karena jalan menuju mulut gua lebih mudah dilalui dengan berjalan kaki. Jalan yang kami lalui cukup licin setelah hujan membasahi tanah yang kami pijak.
Sampai di dekat mulut gua, kami segera mendirikan 3 tenda dan mempersiapkan peralatan. Mebel, Sanset, dan Toren memasang rigging. Delapan orang lainnya mendirikan tenda berkejaran dengan gerimis yang mulai turun. Untungnya, permukaan tanah yang rata dan tidak terlalu keras memungkinkan bagi kami untuk mendirikan tenda dengan cepat.
Eksplor gua dilakukan dnegan membagi tim menjadi dua kloter. Kloter pertama terdiri dari Mebel, Sebong, Prusik, Alil, Tongat, dan Borus. Sedangkan kloter dua terdiri dari Sanset, Joplit, Sada, Toren, dan Garpit. Kloter pertama turun setelah Ashar dan orang pertama yang turun adalah Mebel. Orang yang terakhir turun di kloter pertama adalah Tongat.

Turun dari mulut gua dengan ketinggian 30 meter adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Tali yang berlumpur juga memperlambat laju turun. Setidaknya perlu istirahat sejenak untuk mengembalikan tenaga di tengah perjalanan turun.
Begitu masuk ke dalam gua, kami segera disambut dengan sebuah ruangan besar. Bayangkan sebuah ruangan dengan tinggi 30 meter dan lebar tidak kurang dari 20 meter. Mulut gua yang kecil membuat pencahayaan di ruangan besar ini terasa sangat kurang. Benar-benar representasi dari kegelapan di dalam kegelapan.


Ternyata, gua ini tidak hanya memiliki pitch tunggal. Sedikit berjalan menuju sudut gua, terdapat dua lubang lanjutan. Lubang pertama memiliki tinggi sekitar 7 meter. Sedangkan lubang kedua belum diketahui kedalamannya karena senter yang kami gunaka ternyata tidak mencapai dasar gua. Alhasil kami memutuskan untuk menuruni lubang dengan kedalaman tujuh meter.
Setelah semua orang sampai di pitch kedua, kami mematikan semua sumber pencahayaan dan menikmati gelapnya gua sambil memakan camilan. Tidak lupa kami juga berfoto mengabadikan momen yang luar biasa ini. Setelah itu, satu per satu dari kami melakukan ascending.
Setelah semua anggota kloter pertama naik, kami mulai memasak untuk makan malam.

Pada hari kedua, Minggu 4 Maret 2024, kami berkunjung ke kebun jagung milik Pak Eman Kami bertemu dengan Pak Eman yang sednag merawat kebunnya. Pak Eman pun menyughi kami jagung bakar dari jagung yang baru saja ia petik. Kami imenikmati jagung bakar di gubuk kayu di tengah perkebunan. Jagung bakar terasa sangat manis, hangat, dan mengenyangkan.

Setelah menyapa Pak Eman kami kembali ke tenda. Setelah sarapan, kloter kedua akan segera melakukan descending sesuai dengan susunan acara yang telah dibuat. Descending mulai dilakukan sekitar pukul 8 pagi. Sambil menunggu koter kedua yang melakukan eksplor gua, kami mulai membongkar tenda dan merapikan alat masak.

Kloter kedua selesai melakukan eksplor gua sekitar pukul 12 siang. Terdapat kejadian yang tidak terduga saat kami harus mengangkat tali dari kedalaman 30 meter. Tali yang penuh lumpur ternyata tali karmantel berkelindan, sehingga harus ditarik secara serentak. Padahal tali yang penuh luntur dengan panjang 50 meter sangat berat untuk ditarik dengan mengandalkan kekuatan manusia hingga mulut gua. Alhasil, tali harus ditarik dengan sistem vertical rescue. Sanset sebagai Ketua Divisi Caving membuktikan keterampilannya.

Sebelum pulang, kami mengisi tenaga dengan makan siang. Seusai makan siang, kami segera merapikan alat. Kami juga memastikan bahwa jumlah alat telah sesuai.

Sekian perjalanan divisi Caving kali ini. Such an amazing advanture. Nantikan kembali petualangan yang selanjutnya!
Recent Comments