Dinding panjat adalah impian Stapala di akhir tahun 80 an. Saat itu baru segelintir perguruan tinggi yang punya dinding panjat. Obsesi itu terlunasi tahun 1989, ketika Senat STAN membangun dinding panjat yang pengelolaannya diserahkan ke Stapala. Walau cuma 9 meter, tapi Stapala  sudah mencanangkan diri sebagai salah satu pemilik dinding panjat di jakarta. Dinding ini berdiri pada masa kepengurusan Darmadi “Penjor” di tahun 1989/1990. Beberapa nama yang kemudian menjadi perintis kegiatan dinding panjat di stapala antara lain Israwan Nugroho, Agus wahyu Laksono, Gunawan, Joko Teguh Santoso,dan lain-lain. Uniknya, dinding panjat pertama Stapala ini berwarna loreng tentara dan bertuliskan SEMA (Senat Mahasiswa) 89/90. Dinding Panjat ini berdiri diantara parkir motor dan gedung C sekarang. Sejak saat adanya Dinding panjat, hampir setiap sore anak Stapala latihan manjat. Euphoria dinding panjat lah ! bukan itu saja, beberapa pemanjat nasional sempat beberapa kali latihan di dinding panjat Stapala ini.

Setelah beberapa kali renovasi dan perbaikan sana-sini, Dinding panjat Stapala dirasakan kurang tinggi. “ Lama-kelamaan kok terlihat kependekan”, Kisah Aris Handaru (392/SPA/93), salah satu pentolan manjat di Stapala. Dinding Panjat yang 9 cm kemudian dijual, dan Stapala mendirikan dinding panjat baru di lapangan sepakbola dekat perumahan dosen. Dinding panjat 17 meter yang sangat megah. Dinding Panjat ini menjadi tuan rumah kejuaraan nasional dinding panjat yang pertama kali diselenggarakan Stapala, tahun 1996. Kejuaraan yang di koordinir oleh Jarot Setyanto (377/SPA/93) ini sukses dalam mensosialisasi keberadaan Stapala. Meski anak-anak Stapala belum dapat bersaing dengan pemanjat kelas nasional.

Sayangnya, kemegahan dinding panjat ini kurang di kaji lebih lanjut aspek-aspek teknisnya.Letaknya yang terbuka dan tanpa sling penguat memang sangat rawan. Pemilihan lokasi semata-mata karena waktu itu ijin lembaga kampus hanya diberikan di tempat tersebut. Dinding Panjat itu kemudian ambruk di saat hujan dan angin kencang melanda kampus. Sejak keruntuhan dinding panjat itu (tahun 1998), Stapala butuh waktu cukup lama untuk membangun kembali Dinding panjat.Apalagi pada saat itu Indonesia terimbas resesi ekonomi global.

Dengan perjuangan dan pengorbanan akhirnya Stapala memiliki lagi dinding panjat di tahun 2000. Dibantu dengan para senior dan donatur, Korlak pembangunan Dinding Panjat, Hamonangan (596/SPA/99) berhasil membangun kembali aset yang lama hilang. Hebatnya, Dinding panjat itu didirikan di lokasi yang sangat dekat dengan posko Stapala. Lokasi yang menjadi target para pendiri dinding panjat di akhir tahun 1989. “di dinding panjat sekarang memang dulu masih rawa”, ungkap Israwan (196/SPA/89). Sejak saat itu Stapala memiliki dinding panjat yang berlokasi di sebelah utara Gedung G, bersebelahan dengan plasa mahasiswa.

Pada tanggal 20 – 21 September 2003 Stapala menggelar kejuaraan dinding panjat nasional untuk kedua kalinya. Terakhir, Stapala memperoleh bintang 3 dari FPTI untuk penyelenggaraan Kejuaraan Nasional Dinding Panjat di tahun 2006. Pada perhelatan terakhir, kegiatan yang di kordinir oleh Ocol sukses juga memperoleh laba atas kegiatan ( gile, baru kali ini ada kegiatan Stapala laba !).

Dinding panjat masih tetap berdiri dengan kokoh sampai dengan saat ini. Meski tak ada lagi posko yang mendampingi, Meski warna dan papannya mulai luntur dan mengelupas. Dinding Panjat Stapala akan terus berdiri. Semangat POWER CLIMB akan selalu menyertai.

Kegiatan-kegiatan seputar dinding panjat

  • Kompetisi Panjat Dinding STAPALA (KPDS) 2003 Kegiatan KPDS ini berlangsung pada tanggal 20 – 21 September 2003. Kegiatan ini bisa dikatakan panitia mulai dari nol karena kegiatan terakhir dilaksanakan tujuh tahun lalu. Kegiatan ini merupakan kegiatan berskala nasional.
  • · Kompetisi Panjat Dinding STAPALA (KPDS)’ 96

Merupakan kejuaraan panjat dinding tingkat nasional yang diselenggarakan pada tanggal 4 – 6 Oktober 1996 di kampus STAN. Kejuaraan ini memperoleh bintang 3 dari FPTI. Kordinator Pelaksana Jarot 377/SPA/93

  • Kompetisi Panjat Dinding STAPALA (KPDS) 2006
    Merupakan kejuaraan panjat dinding tingkat nasional yang diselenggarakan pada tahun 1996 di kampus STAN. Kejuaraan ini dikordinasi oleh Kordinator Pelaksana M.Agung Sasongko (Ocol) 769/SPA/2004.
  • Stapala Climbing Competition

Kompetisi panjat dinding antar anggota Stapala. Tujuannya adalah mengembangkan iklim kompetisi internal Stapala. Kegiatan ini berlangsung selama beberapa periode sebelum akhirnya ditiadakan.

Bukan Untuk Meraih Medali

Kalau kalian mampir ke posko STAPALA (sekarang udah gak ada sih), kalian akan melihat sebuah dinding panjat yang kokoh dan angkuh menjulang tinggi di depan posko tersebut. Seolah menantang para climber untuk mencumbui puncaknya. Saya katakan paling strategis lokasinya, karena kalau kita hang out di posko atau pun di wall climbingnya, selain pemandangannya yang asyik kita juga akan menikmati udara yang suegerr banget, dari situ juga kita bisa ngecengin cewek yang pasti banyak yang lewat sekedar pengen digodain anak-anak STAPALA (halah pede banget) atau emang pengen pulang ke kostnya.

Ya, wall climbing milik STAPALA ini diresmikan Juni 2000 saat STAPALA diketuai  Wiwied 194/SPA/89 berkat kerja keras para member STAPALA dengan korlak Monang 596/SPA/99 dan sumbangan beberapa sponsor menghidupkan kembali asset STAPALA yang lama mati. Wall ini menggantikan wall lama yang ambruk dihantam badai. Meski tinggi wall baru ini lebih pendek setengah meter dari wall sebelumnya (17,5 m).Wall lama pernah ditahbiskan sebagai wall tertinggi di Jakarta.Tetap saja, wall ini dapat mengguncang andrenallin kita. Percaya deh

Kalau dilihat dari kejauhan, sekilas wall ini mirip bentuknya dengan Paralititan, tau khan dinosaurus vegetarian yang memiliki bobot 70 ton dan panjangnya sekitar 33 meter. Wall ini memiliki dua sayap yang bisa dipake untuk latihan bourdering. Jalur utamanya tinggi mirip leher binatang itu. Seluruh dindingnya terbuat dari papan fiber yang dipasangi point-point yang menantang untuk dijamah. Grand Launching wall climbing STAPALA disempurnakan oleh kesuksesan diselenggarakannya Kejuaraan Nasional Panjat Dinding pada bulan Nopember 2006 lalu.

Sebelum wall STAPALA ini berdiri, climbers STAPALA sempat menjadi penjelajah wall sejati. Mereka berkeliling mencicipi nikmatnya jalur panjat di setiap wall climbling di beberapa kampus seperti Universitas Budi Luhur, UMJ, Universitas Islam Negeri (d/h IAIN) Syarif Hidayatullah, STMIK Jakarta, Universitas Negeri Jakarta (d/h IKIP Jakarta) dan Akpar Trisakti. Keberhasilan climbers menjelajah wall lain, tak lepas dari dukungan dan bantuan dari para senior yang tak lekang loyalnya buat STAPALA memberikan subsidi (logistik hehhehe) sekadar untuk transport dan beli cocacola (bwahaha lumayan buat mahasiswa). Dan ternyata petualangan climber ini ga cuma menambah keahlian memanjat tetapi juga menjadi wahana bertukar pengalaman dan wawasan sesama pecinta alam serta memperluas jaringan persahabatan.

Meski wall climbers sejati STAPALA belum pernah merengkuh nikmatnya jadi jawara di kejuaraan panjat dinding, tapi mereka nggak pernah berkecil hati, terus smangat latihan, karena jawara sejati bukan untuk meraih medali tetapi untuk kemenangan diri mengendalikan ketakutan yang senantiasa menghinggapi perjalanan hidup dan meneteskan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain. Terus Smangat Stapalatista.

Maryadi Gepeng (529/SPA/97)

 

 

Mimpi-Mimpi Para Climber

Jaman dulu (sebelum tahun 1996) DP Stapala cuma 9 meter.  Letaknya dekat Gedung G (tepatnya sebelah parkir motor). Lama kelamaan kok terlihat terlalu pendek ya. Mungkin karena Kami sering manjat ke DP tetangga dan ikut kejuaraan. Dan DP yang ada terlalu mengerikan karena selalu goyang jika ditiup angin. Ide pembuatan DP yang lebih tinggi kemudian muncul. Yudhi kristanto kemudian minta tolong seorang kawannya, Desainer, untuk menggambarkan desain DP setinggi 17 meter. Kenapa Kami buat 17 meter ? Karena Kami bermimpi mengadakan kejuaraan dengan standar kejuaraan internasional. DP lama (9 meter) dijual ke teman-teman SMA-nya Andri ‘Bulug’ di Bekasi….

Dengan segala daya upaya, akhirnya DP 17 meter berdiri dengan megahnya. Kami bangga karena ini DP tertinggi di Jakarta. Sayangnya, Kami tidak memprediksi besarnya tiupan angin disekeliling DP dan medan yang terbuka. Lokasi pendirian DP memang buakn alternatif tapi penunjukan dari pihak lembaga. Itulah kelengahan Kami, yang kami sering sampai sekarang disesali, DP kebanggaan kami kemudian harus roboh tertempa hujan angin.

Yah itulah mimpi-mimpi para climber terdahulu, Janganlah takut untuk bermimpi !!!

Aris Arz Handaru (392/SPA/93)

Sekilas Panjat Dinding di Indonesia


Bayu dwi mardana (Sinar harapan)

JAKARTA – Kemunculan olahranggak panjat dinding tak bisa dilepaskan dari perkembannggakn panjat tebing di alam terbuka. Kegiatan ini merupakan salah satu cabang mendaki gunung. Di Indonesia, perkembannggakn panjat tebing mulai disebarluaskan dari Gladian Pecinta Alam pada 1975 di Gunung Citatah, Padalarang, Jawa Barat. Pada salah satu mata acara pertemuan, para pecinta alam ini mennggakjarkan teknik panjat dan turun tebing.
Tahun 1976, Harry Suliztiarto mahasiswa Seni Rupa ITB, tak sanggup lagi menahan obsesinya. Dennggakn tali nilon dia mulai latihan panjat-memanjat di Citatah, dan di-belay oleh pembantu rumahnya. Tahun berikutnya, bersama Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat, rekan-rekan mahasiswa ITB, Harry mendirikan Skygers Amateur Rock Climbing Group di Bandung
Pada dekade 80-an, Skygers membuka kursus panjat tebing (yang dijuluki padepokan), yang menyedot banyak murid berasal dari berbanggaki provinsi dan berhasil menyebarluaskan olahranggak panjat tebing di Indonesia.
Dunia petualannggakn Indonesia makin marak ketika empat atlet panjat tebing papan atas dari Prancis datang ke Jakarta. Atas undannggakn Kantor Menpora dan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, mereka menularkan ilmu pemanjatan pada dinding buatan kepada para pemanjat lokal pada 1988. Di waktu yang sama, lahir Federasi Panjat Gunung dan Tebing Indonesia. Ketuanya, Harry Suliztiarto – pemanjat legendaris yang sempat merayapi atap Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Sejak persentuhan itu panjat dinding terus berkembang. Tiap tahun popularitasnya menunjukkan grafik yang menaik. Dari Pulau Jawa, kegiatan ini menyebar ke luar. Pada 1991, digelar kejuaraan nasional panjat dinding yang pertama di Padang, Sumatera Barat. Sebelumnya ada kejuaraan dan diikuti pemanjat se-Indonesia, namun julukannya belum lagi kejuaraan nasional, dan diselengnggakrakan di Jawa dan Bali saja.
Dibanding panjat tebing alam, memanjati dinding buatan menawarkan beberapa kemudahan. Satu contoh dari segi pencapaian lokasi, dinding panjat buatan jauh lebih nggakmpang. Dinding panjat dibangun pada wilayah keramaian, seperti kampus, mal atau pusat olahranggak.
Kondisi ini sannggakt berbeda dennggakn pemanjatan di tebing alam. Seorang pemanjat harus berlelah-lelah mencapai kaki tebing sebelum melakukan pemanjatan. Tak jarang, kemah induk pemanjatan harus dicapai setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari.
Ini sebabnya dinding panjat buatan sekarang tumbuh subur di berbanggaki kampus dan sekolah menennggakh di kota-kota besar. Seakan suatu fasilitas pendidikan tidak lengkap jika tanpa dinding panjat. Di Jakarta hampir semua kampus besar seperti Universitas Borobudur, Universitas Tarumanenggakra, Universitas Mercu Buana, dan sebanggakinya memiliki dinding panjat. Sekolah menennggakh pun demikian.
Walau lebih mudah dicapai, bukan berarti panjat dinding tak butuh kesiapan mental dan fisik si pelakunya. Tanpa mental yang baik, seseorang takkan sanggup menikmati tarian ketinggian yang antigravitasi ini. Jannggakn harap bisa berlengnggakng-lenggok di papan panjat.
Fisik yang amburadul sudah pasti akan menghambat proses pemanjatan. Itu sebabnya, disarankan untuk tetap giat berlatih anggakr stamina bisa tetap terjanggak. Persiapan fisik yang terbaik adalah melakukan angkat badan. Namun sebelum ini, jika mengikuti petunjuk kesehatan olahranggak, tentunya harus ada persiapan fisik seperti lari rinnggakn dan senam untuk memperkuat jantung dan paru. Melatih otot jari dan lennggakn berarti sebelumnya mengembangkan otot pundak dan pangkal lennggakn. Kunci kesuksesan pemanjat dalam menyelesaikan jalur tanpa jatuh adalah kekuatan jari mencengkeram penggaknnggakn.
Dalam kegiatan panjat tebing hobi yang utama adalah berhasil mencapai puncak jalur tanpa terjatuh. Tali pennggakman memang mennggakmankan tubuh anggakr tidak terempas kalau penggaknnggakn terlepas. Namun ’’seni” panjat tebing adalah menyelesaikan masalah di mana kita menempatkan tubuh dan mencengkeram penggaknnggakn serta memijakkan kaki anggakr tidak terjatuh. Jika aliran gerak tubuh ini meliuk lancar maka mereka yang di bawah akan melihatnya sebanggaki suatu tarian vertikal yang seakan menentang nggakya tarik bumi.
Kalau mau mencoba panjat dinding, ada beberapa alat wajib yang harus dipakai, yaitu figure of 8 (descender), harness, Gri-gri, carabiner screw nggakte, carabiner nggakte, carabiner bent nggakte, runner (dua carabiner nggakte dan bent nggakte yang disatukan dennggakn memakai quickdraw sling), sepatu panjat, helm, chalk bag dan magnesium karbonat – berfungsi untuk menjanggak tannggakn terhindar dari serannggakn kerinnggakt.

(SH/bayu dwi mardana)