“There is no such thing as away.

When we throw anything away it must go somewhere”

Annie Leonard[1]

Tentang Sampah

Sampah merupakan sesuatu tidak dapat pisahkan dari kehidupan manusia. Sesederhana membeli cilok di pertigaan-jalan depan Gerbang PKN STAN Ceger, berarti kita telah memproduksi sampah. Setidaknya berupa plastik bening wadah cilok tersebut dan lidi bambu sebagai alat makannya. Pertanyaan sederhanya adalah pernahkah kita berpikir di manakah muara semua sampah yang berhasil kita produksi tersebut? Warga Jakarta mungkin akan berpikir di Bantar Gebang. Atau daerah Cipenang di Bilangan Serpong untuk warga Tangerang Selatan. Ya, Bisa jadi demikian.

Faktanya, laju pertumbuhan sampah kini bahkan melebihi laju pertumbuhan ekonomi dunia yakni 4,7% per tahunnya. Jika pertumbuhan ekonomi yang tidak disertai dengan bertambahnya tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat dunia terhadap sampah, maka pada tahun 2025 dunia diprediksi akan menghasilkan 7 juta ton sampah setiap harinya. Indonesia sendiri diprediksi akan menghasilkan 130.000 Ton sampah perhari pada tahun 2025[2]. Dan DKI Jakarta kini memproduksi tidak kurang dari 6000 ton sampah perhari[3]. Lantas seberapa lama Bantar Gebang atau Cipenang akan bertahan? Karena sebuah penelitian  menyebutkan bahwa pada Tahun 2100 jumlah sampah yang diproduksi setiap harinya diprediksi akan meningkat tiga kali lipat dibanding hari ini[4]

Sampah di  PKN STAN

Kampus PKN STAN Bintaro kini menampung tidak kurang dari 6000 Mahasiswa dengan segala aktivitas belajar dan berorganisasi. Maka  keberadaan sampah di lingkungan kampus adalah sesuatu yang tidak mungkin dihindari. Kampus PKN STAN sendiri telah memiliki tempat pembuangan sampah di sisi tenggara kampus (sekitar hutan jati). Namun seiiring dengan perjalanan waktu dan peningkatan aktivitas pada kampus yang mulai digunakan sejak tahun 1988 ini membuat tempat pembuangan sampah di hutan jati tidak dapat menampung volume sampah yang semakin meningkat. Terlebih hingga kini sampah yang menumpuk hanya memiliki dua cara pengelolaan yang cukup tradisionil yaitu dengan cara dibakar dan ditimbun.

Bermula dari perbincangan Bang Amoen dengan beberapa senior STAPALA tentang keprihatinan terhadap kondisi kali samping Kampus PKN STAN yang dipenuhi sampah. Dan fakta bahwa beberapa ratus meter dari kali tersebut terdapat posko Kelompok Pecinta Alam (KPA) STAPALA ternyata tidak membawa dampak yang signifikan. Maka pada tahun 2015 bertepatan dengan kegitan Alumni Home Coming (AHC) 2015 diadakanlah kegiatan bersih kampus oleh para Anggota STAPALA yang masih aktif di Kampus yang diinisiasi oleh Ketua Badan Alumni STAPALA. Sejak saat itu, Ketua BPH STAPALA mulai merintis pola pengelolaan sampah kampus sekaligus melakukan pembicaraan kepada pihak lembaga kampus tentang kemungkinan terjalinnya kerja sama dalam usaha pengelolaan sampah kampus.

Program Pengelolaan Sampah Terpadu PKN STAN

Selasa siang, 23 Agustus 2016  diadakan pertemuan pertama Antara KPA STAPALA dengan Pihak Kampus yang diwakili oleh Kasubbag Pengelolaan Aset yang bertempat di Posko STAPALA. Pertemuan tersebut berhasil menyepakati bahwa pengelolaan sampah kampus merupakan suatu yang perlu untuk dilaksanakan. Dan keesokan harinya, 24 Agustus 2016, diadakan tinjauan lapangan terhadap Bank Sampah Kota Depok untuk mempelajari beberapa hal tentang pengelolaan sampah organik dan non organik. Ketua BPH STAPALA akhirnya membentuk Tim Pengelolaan Sampah Terpadu PKN STAN sebagai wujud komitmen terhadap program ini dan akan bertugas hingga 24 November 2018.

Selanjutnya pada 23 September 2016 diadakan rapat antara Lembaga Kampus, KPA STAPALA dan Koordinator Petugas Kebersihan Kampus yang bertempat di Gedung B Kampus PKN STAN, dengan agenda  pembahasan awal persiapan pelaksanaan implementasi program pengelolaan sampah terpadu kampus. Rapat tersebut menghasilkan komitmen bersama para pihak untuk dapat merealisasikan program pengelolaan sampah kampus. Dan pada 28 Oktober diadakan pelatihan pengelolaan sampah Anorganik kepada KPA STAPALA dan Para Petugas Kebersihan Kampus yang difasilitatori oleh Bank Sampah Depok.

Tim Bank Sampah Depok pada Saat Pelatihan Pengelolaan Sampah Kampus (Foto: Dhani/Bowas)

Pada 13 November 2016, bertepatan dengan kegiatan Reuni Akbar STAN 2016, diadakan gerakan One Men One Trash Bag yang melibatkan relawan mahasiswa dan alumni yang sekaligus menandai awal berjalannya Program Pengelolaan Sampah Terpadu PKN STAN. Dalam kegiatan reuni tersebut IKANAS STAN juga memberikan donasi sebesar 50 Juta Rupiah sebagai wujud kepedulian dan bentuk dukungan alumni terhadap program ini.

Kegiatan One Man One Trash Bag (Foto: Ardiyanta/Ohan)

Kegiatan selanjutnya pada 26 November 2016  adalah operasi bersih hutan jati yang kembali melibatkan relawan mahasiswa, dibantu oleh petugas kebersihan kampus dan Anggota serta Siswa Diklat STAPALA. Dari kegiatan operasi bersih tersebut diketahui fakta bahwa volume sampah di hutan jati sudah sangat besar dan dibutuhkan kegiatan operasi bersih yang berkelanjutan untuk benar-benar membersihkan hutan jati dari sampah. Hingga kini pihak petugas kebersihan kampus masih dan terus berupaya mengumpulkan sampah dan membakarnya guna mengurangi volume sampah yang ada. Dan nantinya diharapkan seluruh sudut hutan jati akan bebas dari sampah.

Kegiatan Bersih Hutan Jati (Foto: Dhani/Bowas)

Pihak kampus kini telah menyediakan tempat penampungan khusus untuk sampah botol dan gelas plastik yang tersebar di sedikitnya 20 titik di lingkungan kampus. Dan pada 18 Desember 2016 untuk pertama kalinya diadakan pemilahan sampah botol dan gelas plastik oleh anggota STAPALA dan kembali dibantu oleh Siswa Diklat STAPALA 2017. Hasilnya pada tanggal 23 desember 2016 Tim Pengelolaan Sampah Terpadu PKN STAN berhasil menjual sedikitnya 167 kg hasil pilahan botol plastik kepada mitra Tim Pengelolaan Sampah PKN STAN di Bilangan Simprug, Jakarta Selatan.

Kegiatan pemilahan dan penjualan botol plastik (Foto: Dhani/Bowas)

Ide awal program ini sederhana, yaitu lingkungan kampus PKN STAN bebas sampah. Setidaknya sampah yang dihasilkan dapat keluar dari tempat penampungan sementaranya di Sekitar hutan jati kampus. Diskusi yang berkembang kemudian menyardarkan kita bahwa sampah adalah sesuatu yang berharga jika dapat dikelola dengan baik. Setiap jenis sampah yang dihasilkan dapat berbuah uang. Dan akhirnya program ini berjalan dengan niat turut membantu peningkatan kesejahteraan para petugas kebersihan kampus. Dalam program ini pihak lembaga kampus memainkan peran sebagai Pembina kegiatan, KPA STAPALA, dalam hal ini Tim Pengelolaan Sampah Terpadu PKN STAN sebagai Fasilitator dan petugas kebersihan kampus sebagai subjek utama pengelolaan sampah. Hasil penjualan sampah ini nantinya akan dikelola dan diatur pemanfaatannya oleh koperasi Petugas Kebersihan Kampus.

Layaknya sebuah program yang diharapkan mampu sustain selama PKN STAN masih berdiri, maka dibutuhkan sebuah blue print program pengelolaan sampah terpadu PKN STAN. Pihak Lembaga Kampus dan BPH Stapala dengan dibantu oleh Divisi Lingkupan Dewan Pengurus Nasional STAPALA kini sedang menyiapkan blue print tersebut yang diharapkan akan selesai dan siap untuk diimplementasikan di penghujung Februari tahun 2017.

Tantangan ke Depan

Infastruktur pendukung berupa tempat sampah terpilah mutlak diperlukan untuk mendukung kesuksesan program ini. Sehingga usaha menyebarluaskan pemahaman tentang sampah dan membangun kesadaran setiap civitas akademika PKN STAN untuk mulai memilah sampahnya masing-masing dapat langsung dipraktikkan. Dapat dibayangkan bagaimana beratnya beban pemilahan sampah dari sedikitnya 6000 lebih mahasiswa dan dosen akan ditanggung oleh 48 orang petugas kebersihan kampus plus 9 orang Anggota Tim Pengelolaan Sampah Terpadu PKN STAN. Maka kolaborasi penyediaan infrastruktur dan kampanye kesadaran sampah hanya akan efektif jika setiap induvidu paham bagaimana memperlakukan sampah mereka masing-masing dan setelah itu dapat dengan mudah menemukan tempat sampah terpilah di lingkungan kampus PKN STAN.

Fakta bahwa merubah kebiasaan bukan sesuatu yang mudah adalah tantangan selanjutnya. Maka dibutuhkan komitmen penuh Pihak Lembaga Kampus PKN STAN, KPA STAPALA dan juga seluruh tim Petugas Kebersihan untuk bersama-sama merealisasikan program ini. Karena institusi pendidikan tinggi sewajarnya juga diisi oleh manusia dengan tingkat kesadaran dan pemahaman yang tinggi. Termasuk kesadaran terhadap sampah yang kita hasilkan sendiri, dan menelantarkannya jelas merupakan sesuatu yang tidak terpuji. Sudah saatnya kita sadar bahwa setiap sampah yang kita buang sejatinya akan tetap menjadi sampah, kecuali, dengan sadar kita turut memilah sebelum membuangnya. Sebuah langkah sederhana untuk memastikan sampah yang kita hasilkan dapat didaur ulang ataupun dimusnahkan. Dan dengan demikian, pada akhirnya kita telah memberi sedikit kontribusi nyata terhadap usaha menjaga kelestarian bumi beserta isinya.

 

[1] Annie Leonard, Direktur Eksekutif Green Peace Amerika Serikat

[2] Don Hornweg, et al, WHAT A WASTE: A Globa Review of Solid Waste Management, 2013, Urban Development & Local Government-World Bank

[3] Data Badan Pengelolaan Lingkungan HIdup Daerah (BPLHD) Jakarta

[4] Don Hornweg, —