Hari ibu, yang diperingati setiap Tanggal 22 Desember, merupakan salah satu hari yang dirayakan secara Nasional oleh Negara Indonesia. Pada mulanya, hari Ibu diperingati untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Hari Ibu pertama kali dirayakan pada ulang tahun Hari Pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar pada Tanggal 22 hingga 25 Desember 1928.

Kini, makna dari peringatan Hari Ibu bukan hanya sekedar untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara oleh kaum perempuan, melainkan juga sebagai wujud apresiasi dan sarana menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Selain itu, Hari ibu juga kerap dijadikan sebagai momentum ajang kaum ibu untuk menyuarakan isu – isu terkait perempuan, serta peran perempuan dalam lingkungan sekitarnya.

STAPALA, sebagai Kelompok Pencinta Alam yang sadar bahwa peran perempuan sangat besar andilnya terhadap lingkungan, mengadakan sebuah acara Pendakian yang bertajuk “Perempuan Tangguh Pahlawan Lingkungan” yang diselenggarakan di Gunung Papandayan pada Tanggal 21 – 22 Desember 2019. Pendakian ini merupakan wujud apresiasi STAPALA terhadap para perempuan yang telah ikut andil dalam menyuarakan gaya hidup sehat yang mendukung pelestarian lingkungan. STAPALA turut mengundang beberapa narasumber perempuan yang menginspirasi sebagai pembicara dalam kemasan Sharing Session selama pendakian berlangsung. Para narasumber tersebut adalah :

  1. Tiara Savitri (Ketua Yayasan Lupus Indonesia)
  2. Sely Martini (Aktivis Anti Korupsi)
  3. Rahayu Puspasari (LMAN)*
  4. Wiwi Soenardi (Pendaki Senior)
  5. Yona Pohan (Indonesian Spartans)
  6. Bilqis Rulista (Waste 4 Change)
  7. Yulia Astuti (Owner Moz5 & Moayu)

Pada rangkaian acara yang berlangsung selama 2 hari, peserta tidak hanya melakukan pendakian seperti biasanya. Tiap – tiap peserta dibekali 1 kantung plastik yang digunakan untuk memungut sampah yang ditemukan sepanjang pendakian. Peserta yang mendapatkan sampah terbanyak mendapatkan doorprize yang telah disiapkan oleh panitia. Harapannya, kegiatan ini dapat memberikan kesadaran dan memberikan aksi nyata bahwa perempuan juga ikut andil dalam menjaga kebersihan selama pendakian.

Selain itu, para peserta juga tidak diperkenankan untuk membawa air minum kemasan, serta produk – produk berbahan plastik lainnya yang tidak terurai (undegradable). Sebagai gantinya para peserta diwajibkan untuk membawa peralatan pribadi yang tidak berpotensi menjadi sampah, semisal peralatan makan dan minum yang tidak sekali pakai. Tujuannya  adalah untuk mengurangi potensi sampah yang terbuang dan menggalakkan gaya pendakian bebas sampah.

Acara Sharing Session dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu pada hari pertama dan kedua. Pada hari pertama narasumber yang berbicara adalah Tiara Savitri, Selly Martini, dan Yona Pohan. Tiara Savitri, yang merupakan Ketua Yayasan Lupus Indonesia, mengajak para penderita Lupus (Odapus) dalam Hike For Lupus untuk menginspirasi sesama Odapus agar mau mencoba berkegiatan luar ruang, dan menekankan bahwa menderita Lupus bukanlah sebuah halangan untuk mendaki gunung. Selly Martini, aktivis anti korupsi, mengatakan bahwa akar daripada kerusakan lingkungan adalah keserakahan manusia yang dimanifestasikan dalam perbuatan korupsi, sehingga berdampak masif yang berujung pada kerusakan lingkungan. Oleh karenanya, ia mengajak untuk selalu menjaga integritas dalam segala hal. Yona Pohan, Atlet dari Indonesian Spartans, mengemukakan bahwa perkenalannya dengan kegiatan pendakian merupakan awal baginya untuk menerapkan gaya hidup sehat melalui olahraga OCR (Obstacle Course Race). Tak diragukan lagi, pemilik akun instagram @yoncess ini telah menorehkan prestasi dan meraih berbagai juara pada kompetisi OCR yang dilaksanakan di dalam maupun luar negeri.

Pada hari kedua, kegiatan Sharing Session dilakukan pada tempat yang berbeda yaitu di Tegal Alun, padang luas berhias bunga edelweiss, yang berjarak tempuh sekitar 1 – 2 jam dari  camp Pondok Saladah. Pada kali ini giliran Bilqis Rulista dan Yulia Astuti yang berbagi pengalamannya. Bilqis Rulista, seorang ecopreneur dari Waste 4 Change, memaparkan bahwa ternyata pengelolaan sampah di Indonesia masih belum dikelola secara baik. Kesadaran individu yang masih rendah dan mafia sampah merupakan salah satu faktor yang membuat pengelolaan sampah di Indonesia masih tertinggal dari negara lain. Oleh karena itu, melalui Waste 4 Change, Bilqis mengajak untuk melakukan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab untuk Indonesia bebas sampah. Yulia Astuti, Owner dari Moayu (produk kosmetik) dan Moz5 (salon kecantikan muslimah) memaparkan bahan – bahan kimia pada produk kosmetik memiliki dampak negatif yang lebih banyak daripada manfaatnya, misalnya mengakibatkan alergi dan iritasi pada kulit. Kosmetik yang mengandung bahan kimia memang kerap menjadi pilihan karena lebih murah dan awet daripada kosmetik berbahan natural. Oleh karena itu, Yulia berinisiatif untuk membuat produk kosmetiknya sendiri melalui Moayu dan menebarkan semangat penggunaan kosmetik yang lebih ramah lingkungan dan bebas bahan kimia.

Kegiatan yang berlangsung ini diakhiri dengan foto bersama dan pembagian doorprize peserta yang beruntung. Pendakian ini, selain diikuti oleh para peserta umum, juga diikuti oleh Senior – senior STAPALA yang turut serta membawa keluarganya, antara Lain Darmadi Arieswibowo – 107/SPA/1985, Yudhi Dharma Nauly – 188/SPA/1989, dan Moh. Ihsan Palaloi – 373/SPA/1993. Para senior ini berkesan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang bagus sebagai sarana mempererat silaturahmi antar anggota dalam berbagai angkatan, dan wajib untuk dilaksanakan setiap tahunnya.

 

*berhalangan hadir