Bagi kelompok pencinta alam, pendakian gunung merupakan aktivitas yang lekat dan tidak terpisahkan, tidak terkecuali bagi STAPALA. Pendakian gunung bahkan bisa saja menjadi ‘kebiasaan’ rutin yang dilakukan oleh para pegiat alam. Harapan untuk mencapai puncak-puncak gunung tertinggi, baik di Indonesia bahkan dunia, menjadi cita-cita bagi banyak kelompok pencinta alam.

STAPALA merupakan salah satu kelompok pencinta alam yang memiliki cita-cita tersebut, cita-cita yang telah dirintis sejak tahun 1987 dengan berbagai keberhasilan maupun pembelajaran untuk mencapai ketujuh puncak tertinggi di dunia yang terbagi di setiap tujuh benua, atau yang lebih dikenal sebagai World’s Seven Summits. Berdasarkan versi Messner, tujuh gunung tersebut adalah Everest, Aconcagua, Denali, Vinson Massif, Elbrus, dan Carstenz Pyramid.

STAPALA sendiri telah mencapai empat dari tujuh gunung tersebut yakni Aconcagua, Elbrus, Carstenz, dan Kilimanjaro, baik yang diraih melalui Ekspedisi organisasi maupun pendakian individu anggota STAPALA. Daftar keberhasilan STAPALA dan anggotanya dalam meraih 4 puncak dunia adalah sebagai berikut:

NoNama Gunung Nama Atlit&Nomor SPATahun
1.Mt. KilimanjaroYudhi Dharma Nauli (188/SPA/1989)
Patuan Handaka Pulungan(897/SPA/2010)
1991 
2018
2.Mt. Carstenz Patuan Handaka Pulungan (897/SPA/2010)
Meilina Eka (1043/SPA/2014)
Eko Santoso (869/SPA/2009)
2016
2016
2017
3.Mt. ElbrusPatuan Handaka Pulungan (897/SPA/2010)
ErnyMurniasih (400/SPA/1993)
2017
2019
4.Mt. AconcaguaPatuan Handaka Pulungan (897/SPA/2010)
Eko Santoso (869/SPA/2009)
Ahmad Andrias Ardiyanta (988/SPA/2012)
2018

Keberhasilan menyelesaikan separuh dari daftar ketujuh gunung tersebut, tentu saja tidak lepas dari pembelajaran dari ekspedisi yang telah dilalui oleh Stapala, seperti ekspedisi Carstenz(1993), Elbrus (1992 dan 2011), dan Denali(2019) baik dari segi teknis ketika pendakian maupun dari manajemen ekspedisi.

Yudhi Dharma Nauly di Mt Kilimanjaro
Patuan Handaka Pulungan di Mt Kilimanjaro

Baik keberhasilan maupun pembelajaran yang pernah dilalui Stapala menjadi pendorong para anggotanya untuk meraih puncak perjuangan Stapala. Puncak perjuangan yang dicapai melalui segenap daya upayapara anggota Stapala yang berada di tengah keterbatasan waktu kultur perguruan tinggi kedinasan yang ketat, dan  alumni yang sebagian besar adalah pegawai negeri. Semangat yang tidak pernah hilang inilah yang terus mendorong langkah Stapala dalam perjalanan untuk menggapai puncak-puncak dunia.

Erny Murniasih di Mt Elbrus
Patuan Handaka Pulungan di Mt Elbrus
Eko Santoso, Patuan Handaka dan Ahmad Andrias Ardiyanta di Mt Aconcagua

Sebagai langkah selanjutnya dalam menggenapi cita-cita pencapaian ketujuh puncak tersebut, Stapala melaksanakan persiapan melalui pembentukan manajemen atlet dan pembinaan atlet. Mempersiapkan manajemen ekspedisi merupakan langkah permulaan dalam pembentukan tim yang solid dan berkomitmen dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban kegiatan ekspedisi yang dilaksanakan oleh Stapala. Sementara itu, pembinaan atlet bertujuan untuk membentuk atlet-atlet yang berkualitas, berkompeten, dan berkomitmen tinggi dalam menjalankan cita-cita dan misi yang diamanatkan oleh Stapala.

Eko Santoso di Mt Carstenz

Pada tahun ini, Stapala membentuk tim manajemen ekspedisi yang memiliki target untuk menjalankan misi mencapai Island Peak, Nepal. Ekspedisi yang memiliki nama resmi sebagai Ekspedisi Himalaya Island Peak: Road to Everest ini, seperti yang tercantum dalam namanya, merupakan ajang persiapan yang dirancang sekaligus untuk memenuhi rangkaian persiapan pelatihan menggenapi tiga puncak tersisa, terutama puncak gunung Everest. Pendakian Island Peak (6.189 mdpl), puncak dengan nama lain Imja Tse yang terletak di lembah Chukkung, di antara sisi Lhotse dan Baruntse, Nepal ini, merupakan pendakian yang familier dilakukan oleh para pendaki sebagai ajang pelatihan dan persiapan menuju gunung Everest karena medan yang dihadapi sangat mirip.

Ekspedisi Himalaya Island Peak ini diselenggarakan masih dalam masa pandemi Covid-19 namun tidak menyurutkan niat dan langkah STAPALA dalam mewujudkannya. Untuk itu, STAPALA tetap mematuhi ketentuan protokol kesehatan yang berlaku khususnya untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari proses pembinaan atlet hingga masa pemberangkatan. Hampir sebagian besar kegiatan pembinaan kepada atlet dilakukan secara daring (online).

Dalam ekspedisi ini STAPALA sangat terbantu oleh dukungan dari berbagai kalangan, baik dalam hal pendanaan internal, sponsorship, perijinan, dan dukungan motivasi dari segenap anggota STAPALA serta masyarakat umum lainnya. Mengingat seluruh Atlet adalah berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) maka proses perijinan Atlet mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Kementerian Keuangan (Ditjen Pajak) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Selain itu, Ekspedisi ini mendapatkan sponsorship dari PT Eigerindo MPI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) . Ketiga perusahaan ini memberikan dukungan pendanaan sekitar 60 persen pada pos anggaran kegiatan. Sementara itu, sebanyak 40 persen pendanaan Ekspedisi dibiayai dari dana internal STAPALA dan hasil penjualan produk dan merchandise yang telah dilakukan oleh Tim Manajemen Ekspedisi.

Untuk meningkatkan publikasi kegiatan, STAPALA bekerja sama dengan beberapa media partner internal yaitu dari Media Keuangan, Intax dan Radio Blast. Selain itu, STAPALA juga mendapatkan dukungan eksposure dari Trans TV yaitu berupa dukungan pelatihan dokumentasi yang diberikan kepada Atlet dan anggota STAPALA.

Ekspedisi Himalaya Island Peak: Road to Everest ini telah mengibarkan bara semangat STAPALA untuk semakin terpacu dalam meningkatkan kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki oleh anggota Stapala. Kini, Stapala siap untuk kembali menapakkan kaki di atap-atap dunia dan menginspirasi anak-anak bangsa Indonesia khususnya anggota STAPALA untuk turut memberikan kontribusi bagi organisasi, bangsa, negara, dan masyarakat.