Pijakan terakhir di atas batu hitam puncak Cartenz akhirnya tertunaikan. Dengan demikian, lengkap sudah satu perjalanan panjang ekspedisi Saptanusa. Perjalanan panjang memeluk puncak-puncak tertinggi barisan gunung di Indonesia. Perjalanan melintasi gugusan Nusantara demi satu impian, tujuh puncak di tujuh nusa Indonesia. Kegembiraan, kebanggan dan rasa syukur menjadi satu. Perjuangan yang cukup melelahkan terbayar sudah. Puncak Cartenz adalah puncak terakhir dari ekspedisi Saptanusa Kelompok Pencinta Alam STAPALA.
 
Ekspedisi Saptanusa adalah ekspedisi yang digagas oleh Stapala. Ekspedisi ini bertujuan untuk mengukir prestasi dibidang kegiatan alam bebas serta turut mempromosikan keindahan alam Indonesia. Ekspedisi ini direncanakan berlangsung antara bulan Agustus hingga September 2015. Namun untuk puncak terakhir yaitu puncak Cartenz, tim mendapatkan sedikit kendala. Namun akhirnya keseluruhan rangkaian pendakian Saptanusa dapat dijalani dengan baik dan sukses.

 

 
Rangkaian penyelesaian pendakian Ekspedisi Saptanusa adalah sebagai berikut:
  1. Gunung Kerinci, Sumatera, diselesaikan pada tanggal 22 Agustus-25 Agustus 2015;
  2. Bukit Raya, Kalimantan, diselesaikan pada tanggal 26 Agustus-3 September 2015;
  3. Gunung Latimojong, Sulawesi, diselesaikan pada tanggal 4 September-6 September 2015;
  4. Gunung Binaiya, Maluku, diselesaikan pada tanggal 7 September-14 September 2015;
  5. Gunung Rinjani, Nusa Tenggara, diselesaikan pada tanggal 15 September-18 September 2015;
  6. Gunung Semeru, Jawa, diselesaikan pada tanggal 19 September 2015-22 September 2015;
  7. Gunung Carstensz Pyramid, Papua, diselesaikan pada tanggal 1 Maret-7 Maret 2016.
 
Tim Saptanusa terdiri 5 orang atlet. Mereka adalah Patuan Handaka, Dimas Adi, Fiki Hidayat, Sirojul Abrori, dan Meiliana Eka. Tim ini berhasil memecahkan rekor Indonesia dalam hal:
  1. Kelompok pertama yang menyelesaikan pendakian 7 summits Indonesia;
  2. Pendaki Perempuan pertama yang menyelesaikan pendakian 7 summits Indonesia;
  3. Pendaki termuda Pria dan Wanita yang menyelesaikan pendakian 7 summits Indonesia;
  4. Pendaki dengan rentang waktu tercepat yang menyelesaikan pendakian 7 summits Indonesia.
 
Meiliana Eka sebagai satu-satunya pendaki wanita di tim ini, menuturkan bahwa ia merasa lega, bersyukur dan puas atas hasil yang dicapai. Apalagi sebagai satu-satunya wanita dalam tim, Meiliana sempat merasa takut dan was was apakah dirinya dapat mengikuti irama perjalanan dan kecepatan dari para atlet pria.
 
Dara yang akrab dipanggil Turus ini juga sempat ragu saat pertama kali mendapat tawaran untuk mengikuti ekspedisi tersebut karena sebenarnya ada calon yang lebih kuat dari dirinya. Namun ia memiliki mimpi besar sejak di bangku SD bahwa suatu hari nanti ia akan berkeliling Indonesia. Demi mewujudkan impiannya itu, ia ikut dalam seleksi atlet ekspedisi Saptanusa. Dan ia pun terpilih sebagai salah satu atlet wanita. “Yang penting adalah niat dan usaha kita” demikian tuturnya.
 
Turus yang saat ini berusia 22 tahun, mengaku cukup bangga karena target sebagai Pendaki Perempuan pertama yang menyelesaikan 7 summits Indonesia dapat tercapai. Ia juga merasa bangga dengan tim Saptanusa Stapala yang secara tim juga meraih beberapa target. Wanita yang sehari-hari menggunakan hijab ini juga menuturkan bahwa hijab bukanlah halangan wanita untuk traveling. Banyak yang menyangka bahwa hijab akan menjadi penghalang bagi wanita untuk melakukan kegiatan traveling apalagi kegiatan di alam bebas yang memerlukan waktu yang panjang. Justru dalam beberapa hal, ia mendapatkan keuntungan seperti terlindung dari panas dan tidak perlu repot menata rambut. Bahkan ia pun mendapat apresiasi dari Mr. Rushel Brice, pemilik Himalayan Expedition, salah satu operator terkemuka di pegunungan Himalaya. Mr. Brice mengatakan salut atas dirinya yang tetap mempertahankan jilbab meski sedang melakukan pendakian tebing Cartenz.
 
Lebih jauh Turus mengatakan bahwa Hijab memang penjaga diri seorang muslimah. Akan tetapi hijab tidaklah membatasi kita untuk mengembangkan diri di kegiatan yang kurang mencerminkan kewanitaan dan lebih banyak dilakukan oleh pria. Namun semua kembali kepada niat kita. Yang paling penting adalah bahwa kita sebagai wanita tetap menyadari akan kodrat wanita itu sendiri. Turus juga berharap apa yang dilakukannya melalui ekspedisi Saptanusa ini akan dapat memberikan inspirasi bagi wanita-wanita Indonesia untuk berani menciptakan prestasi yang berbeda dari wanita pada umumnya.
 
Bagi Turus, ini adalah sebuah perjalanan menggapai mimpi. Hijab bukanlah penghalang bagi wanita untuk berprestasi. Hijab bukanlah kendala bagi perempuan Indonesia untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan kaum pria yang bernilai positif. Hijab justru menjadi penjaga bagi wanita. Menjaga diri dan langkahnya agar terhindar dari bahaya. Menjaga hati dan pikirannya agar berjalan lurus di jalan Nya.
Difai
184/SPA/89